Menyikapi Kegagalan dan Musibah

Bismillah

CATATAN: posting ini berisi 100% hal-hal tidak penting, hanya untuk sekadar melatih jari saya mengetik. Selamat bosan.

Ketika seseorang sedang sendu, banyak pikiran, sedih, atau hal-hal negatif lainnya, mungkin sebagian berusaha menghilangkan perasaan tersebut dengan kumpul-kumpul, belanja, rekreasi, liburan, meditasi, dll. Namun kala saya sedang sendu, saya menulis. Menulis tidak saja melatih kemampuan komunikasi bin verbal, tapi juga bermanfaat untuk (kalau boleh dibilang) melampiaskan rasa kesal, dsb. Cara lain adalah membuat jurnal di buku harian, namun sayang kalau kita mati dan kebetulan jurnal tersebut hilang/rusak/basah/terbakar/dll, maka hilang pula kesempatan orang untuk tahu apa yang kita tinggalkan. Nah, salah satu gunanya blog, selain untuk nyampah, ya untuk yang begini ini.. Meluapkan segenap isi hati. Bwakakakaka...

Paragraf pertama sudah diisi dengan kata sambutan dari Kepala Desa yang isinya gak mutu semua, dari situ kelihatan bahwa postingan ini semakin lama semangkin tidak mutu sahaja. Hanya sekadar untuk melatih tangan mengetik di atas kibor supaya nilai typeracer.com gak terlalu jauh jatuhnya dari 85wpm, selain itu juga berfungsi untuk latihan mengarang indah kalau2 disuruh nulis sesuatu yang panjang bukan kepalang menjalar-jalar selalu riang kemari umpan yang lezat itulah yang dicari inilah dia yang terbelakang.

Siapapun tahu bisnis adalah tempat mencari uang yang tidak pasti. Dari bisnis orang bisa kaya dalam semalam, dan dari bisnis pula terkadang orang bisa jatuh hingga tingkat gembel paling gembel. Bangkrut sebangkrutnya, atau untung hingga membumbung tinggi di langit. Pilihannya memang kadang cuma itu, kalau mau stabil ya main aman, pasang gak usah besar-besar: kalau menang cukup untuk beli beras, kalau kalah tidak rugi2 amat.

Yang membuat kagum adalah, bisnis membuat mental pelakunya jadi sekeras baja, keberanian mengambil keputusan dari hal-hal atau informasi yang minim. Berpikir cepat di saat kritis, bertindak sebelum kejadian, membuka payung lebar-lebar tepat sebelum hujan turun. Bisnis bagus untuk jantung, karena membuat otot-otot jantung bekerja lebih keras, memompa darah ke seluruh tubuh, memacu adrenalin, memaksa otak untuk tetap sadar dan berpikir: bagaimana langkah selanjutnya?

Namun, di balik tegarnya nyali seseorang, senyum ketika profit mulai tumbuh, ada hal-hal yang tidak bisa dimasuki akal. Hal-hal yang di luar kemampuan manusia, hal-hal yang hanya Tuhan lah yang Tahu. Tuhan adalah Penggerak dari segala macam roda bisnis, termasuk nasib dan rejeki. Boleh jadi lapak ramai di pagi hari, sedang sorenya sepi seperti taman makam pahlawan saat bukan tanggal 10 November. Boleh jadi maghrib baru peresmian warung baru, malamnya sudah digasak rampok atau habis terbakar karena obat nyamuk bakar. Mau ke asuransi? Klaim susahnya minta ampun (walaupun ketika pertama kali ditawari, sang agen berbaik hati minta ampun seperti malaikat, atau dengan mulut manis bak Nabi).

Dengan demikian, bukan hanya USAHA KERAS saja yang dibutuhkan untuk bertahan kalau memang mau cari makan dari hal seperti ini, tapi juga DOA setulus hati agar senantiasa diberi petunjuk ke arah yang "menguntungkan". Tidak ada kata menyerah, selalu bangun begitu jatuh, dan PANTANG tangan membanting barang dagangan! Mengeluh hanya untuk yang tak punya rasa percaya diri, bukan untuk pebisnis sejati. Meratap hanya bikin kita mirip bencong, atau untuk yang mau kerja di salon. Gagal sekali bukan berarti mati, tapi pengingat supaya hidup jangan pernah ujub.

Jikalau memang selalu bertemu dengan kegagalan, mungkin ada baiknya introspeksi diri. Karena boleh jadi ada janji yang masih diingkari, ada amanah yang belum terjamah, ada perkataan yang belum jadi kejadian. Mungkin ada dosa yang kita lupa, entah pada orang tua kita durhaka, atau kepada yang papa kita menghina. Semuanya harus dipikirkan, supaya di jalan selanjutnya niat semakin lurus, ikhtiar semakin mantap, dan dalam setiap helaan nafas pun jadi berkah.

Bersujud di tengah malam, bukan hanya untuk sekadar meminta apa yang jadi keinginan, tapi juga mengingat apa yang telah dicapai. Mencoba melihat lebih dekat ke orang2 dengan hidup yang tidak seberuntung kita, tidak perlu jauh2 biasanya. Mungkin mereka adalah tetangga-tetangga kita sendiri, yang hingga kini tak bisa memperoleh penghidupan layak karena khilaf mereka di masa lalu, enggan belajar, tak mau menyerap ilmu. Akibatnya peluang apapun jadi abu, bahkan walau cuma jadi babu pun tak mampu.

Lihat! Ada banyak orang yang harus rela bangun lebih pagi, hanya agar keluarganya tetap bisa makan nasi siang nanti. Malam kenyang, belum tentu besok pagi tidak puasa. Lihat! Ada orang yang walau rumah bertingkat 3, tapi lambat laun jadi terhina karena anak yang tak tahu balas jasa. Entah minggat bersama pacarnya atau menghabiskan uang demi hura-hura, dari malam hingga pagi tak jelas ke mana. Puji Tuhan bisa kentut, buang air, atau sekadar melihat matahari. Karena ada banyak orang yang harus operasi saluran pencernaan, berjuta-juta uang ia keluarkan, hanya untuk keluarkan kotoran.

Syukuri apa yang ada, dan jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan. Selalu percaya bahwa ada hikmah di balik setiap musibah. Jangan sibuk menunduk atau menyesali yang sudah terjadi. Hati boleh sedih, tapi kembangkan senyum kepada setiap orang. Jangan sampai orang tahu kalau kita baru saja menangis. Selain malu, nanti nasib baik enggan datang. Tetap optimis walau harta tinggal pakaian yang melekat di badan. Karena kekayaan tidak ada hubungannya dengan iman.

Orang yang sudah jatuh berdarah-darah pun bisa bangkit lagi, malah sekarang bermewah-mewah. Jangan suka mengomentari komentar-komentar tiada mutu, menghabiskan waktu. Percayalah, selalu ada celah di setiap susah, ada bahagia di akhir cerita, dan sengsara hanya sementara. Lakukan apa saja yang membuat semangat menggelora, bekerja seperti orang habis kemasukan jin, bertarung hingga nyawa pun disabung. Susun strategi yang mantap setiap habis shubuh, jadi singa sebelum senja, dan bak rahib sehabis maghrib.

Mengadulah hanya pada Tuhan, bukan ke sesama makhluk, karena tidak ada gunanya mengadu pada yang tidak ada daya upaya. Cari tempat paling sepi, yang membuat kita berdua Tuhan saja yang ada. Di situ lah waktu curhat yang sebenarnya, seakan-akan langit tertinggi hanya ada di atas kepala. Selepas itu, kembali berusaha tak kenal putus asa. Syukuri hidup karena ada banyak orang yang membutuhkan nyawa. Jangan malah meregangnya, seperti orang yang tak percaya kehidupan setelah kematian. Respek pada kewarasan jiwa karena banyak juga orang yang kehilangan akal. Fokus pada hal-hal yang diberi, bukan pada sesuatu yang membuat rendah diri.

Dunia ini memang tidak adil, benar. Tapi jangan membencinya, sabar saja karena di surga pun semuanya pasti sama-rata. Tunggu saja. Keringat akan jadi harkat, simbahan darah bukan tak berfaedah, cucuran air mata tak ada yang sia-sia. Senantiasa diberi yang terbaik, bukan semata mengharap hal spesifik. Kalau bukan di dunia, kalau bukan sekarang, pasti nanti juga dapet (malah berkali lipat lebih baik). Sabar ya.. Orang sabar bersama Tuhan.

**diketik dengan lancar tanggal 9 Desember 2010, sehari setelah banjir yang hampir menggenangi warung**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me