Mac

Bismillah

Saya hijrah ke Mac sudah sejak 20 Mei yang lalu. Semoga posting ini menjelaskan mengapa gembel kere akut anti kemapanan macam sahaya akhirnya pindah ke Mac. Yang jelas saya pakai Mac bukan sekadar untuk gengsi, tapi demi investasi kepala ke atas.

bonus foto cewek (yang udah pake cincin)
Mengapa harus Mac?
Need. Laptop lama saya beli tahun 2005. Sekitar 7 tahun yang lalu. Ngutang. Macbook jadi tren saat itu, tapi saya belum tertarik beli. Baru dalam tahap want. Belum need-need amat. Aturan beli barang mahal itu sebenarnya sederhana : ditunggu saja 3-4 minggu. Biasanya kalau barang tersebut tidak terlalu penting (masih dalam tahap want), hati kita akan mudah merelakan untuk tidak jadi beli.

Tunggu 10 menit setelah saya memulai NetBeans 7 di laptop lama, dan perkakas tua itu pun mati mendadak. Kepanasan. Akhirnya buat coding saya pakai Gedit yang diberi plugin macam-macam. Firefox sudah lama saya tinggalkan. Sebisa mungkin browsing pake yang lightweight, Chrome tanpa flash atau images, atau pakai lynx sekalian. Terminal/shell dimaksimalkan, misalnya untuk mendengar lagu saya pakai mp3blaster. PDF reader sudah tidak bisa dibuka. Selamat tinggal e-books. Selamat datang online documentation dan artikel gratisan.

Setelah bertahun-tahun menahan nafsu untuk tidak ganti laptop, saatnya beralih ke yang benar-benar mumpuni. Baterai 6 jam. Great design. Best user experience. Being productive. Cool product. Dan yang paling penting, meminjam istilahnya Fikri Rasyid, "harus bisa balik modal". Artinya, macam investasi sahaja, harus bisa menghasilkan benefit yang kurang lebih sama dengan uang yang kita keluarkan. Dan saya paham itu tidak sedikit. Setelah kurang lebih 6 bulan dipikir, pilihan jatuh pada MacBook Pro 13" MD313 second hasil ngebid di Kaskus. Harga miring, garansi baru jalan 3 bulan. Sip.

It's exactly what I need. Nggak usah mewah-mewah amat, yang penting bisa buat cari duit lagi.

Mac. That's it. Simply because it's a Mac. Kenal Windows selama hampir 10 tahun (sejak pertama kali pegang PC), tidak membuat saya puas. "Program apa saja yang perlu dipasang saat awal-awal instalasi Windows?" saya tanya seorang teman. "Hm.. Pertama antivirus. Kedua, antivirus tambahan. Ketiga, another antivirus buat jaga-jaga," jawabnya. Serumit itu. Saat awal kuliah saya mulai berganti-ganti mazhab Linux, sampai pada akhirnya mulai fokus hanya di Ubuntu. IMO, masalah kompatibilitas adalah perkara terbesar Linux (selain soal support alias orang yang bisa ditanya-tanyain kalau ada problem). Saya pun sudah jago pakai Windows dan Linux. Saatnya belajar hal yang baru dan jadi mualaf Mac.

Bootcamp. Tidak diragukan lagi. Salah satu keunggulan Mac setelah Apple memutuskan menggandeng Intel adalah kemampuannya untuk dipasangi Windows (atau Linux). Ini tentu jadi media bagus sebagai penyalur tabiat berpoligami OS. "Tapi Bo, kan bisa pakai Hackintosh?" Maksudnya, menggunakan OSX di mesin non-Mac? Itu sih ilegal. Haram. Berdosa. Masuk neraka. Ogah..

Simple. Apa lagi yang perlu dikatakan?

Recommended. Leo Babauta, orang yang saya kagumi, menggunakan Mac. Fikri Rasyid pakai Mac. Sandiaga Uno pakai Mac. Pabrik tempat saya bekerja sekarang, mayoritas buruhnya juga menggunakan Mac. Mac adalah ikon dari productivity. It just works.

Steve. Jobs memang salah satu orang yang saya pikir berpengaruh besar pada jalan hidup banyak orang. Caranya melihat dunia, pemikirannya, terlepas dari sekian banyak kontroversi Apple, berhasil menjadi titik yang dekat dengan pusat alam semesta. Komputer pribadi untuk semua orang yang menjadi mimpinya, jauh sekali dari menjadi CEO perusahaan besar dengan omzet berkarung-karung. Kalau kata Sandiaga Uno, "orang yang punya visi jauh lebih besar dari sekadar uang. Bahkan sampai mati pun dia tidak tahu seberapa banyak yang dia miliki".


***
Supaya adil, saya juga tuliskan beberapa kekurangan MacBook Pro yang saya rasakan.

Bodi nyetrum. Saya masih nggak tahu solusinya. Tapi nggak terlalu mengganggu sih. Kalau nggak sedang di-charge, tiada mengapa.


Aksesoris mahal. Misal keyboard protector atau headset yang cocok atau apa saja. Ini jadi problem semua produk Apple sepertinya.

Tempat servis. Di kampung saya yang pasti nggak ada Apple Authorized Reseller. Kalau kata temen saya, Anung Anindita Basuki (yang sudah murtad dari Mac karena lemah iman), cara terbaik adalah kenalan sama Apple Genius supaya kalo minta tolong soal yang remeh-remeh nggak usah mbayar-mbayar lagi.

Posisi USB slot. Misal kita colokin sebuah flash drive yang bodinya agak gede, slot USB yang lain (cuma ada 2 slot) tidak bisa dipakai karena posisinya terlalu berdekatan. Perkara ini sebenernya bisa diatasi dengan menggunakan kabel ekstensi. Tapi masak iya mesti serepot itu?

DVD drive. Perkakas satu ini di MacBook Air dan MBP seri baru sudah mulai akan dihilangkan. Menurut saya DVD drive di MBP late 2011 agak-agak ringkih.

***
Mungkin itu aja kali ya? Saya berdoa supaya yang belum beralih ke Mac, suatu saat bisa mendapatkan hidayah-Nya dan pindah ke jalan yang lurus. Aamiin.

4 komentar:

  1. Sebut nama kagak pake ijin pula :-)

    Hidup dibikin indah aja bro. Mac itu dirancang buat indah. Bukan buat praktis.

    Yg pasti itu jgn dipake buat maksiat, ntar gampang rusak. NyiHahahaha

    BalasHapus
  2. Hahahaha.. Thanks Nung. Ooh.. Jadi kemarin itu Macbookmu dipake buat maksiat ya Nung, makanya gampang rusak? Mwuahahaha...

    BalasHapus
  3. thank gan udah share....ane juga kaya nya mau hijrah ke mac,...ane bosan jg dgn system windows....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi gan, terima kasih kembali. Selamat menjadi mualaf Mac, dan lupakan dosa-dosa yang telah lalu :D

      Hapus

speak now or forever hold your peace

About Me