Lupa Kodrat

Bismillah

Disclaimer : tulisan ini hanya cerita dan pendapat pribadi. Kalau sekiranya menyinggung, ya mohon dimangapin. :)

Beberapa bulan lalu, saya sempat bertemu dengan seorang ustad. Kita sebut saja ustad M. Ustad M ini memiliki bisnis yang besar sekali, ilmunya tinggi, dan sibuknya luar biasa. Sebelumnya saya hanya pernah bertemu beliau beberapa kali, ikut kajiannya. Beliau juga sering menjadi pembimbing haji, termasuk pernah menjadi pembimbing untuk orang tua saya dulu saat berhaji.

Saya ingin sowan ke rumahnya. Silaturahmi. Mengharap ada ilmu baru yang saya bisa dapat. Tapi saya segan. Tahu diri. Malu.

Singkat cerita, saya mendapatkan kontaknya dari seorang teman. Sebut saja Mas T. Nah, Mas T inilah yang kirim SMS ke Ustad M. "Ayo Mas Bo, ustad ada di rumah, kita nanti 'ashar di sana aja"

Saya mikir. Menebak-nebak isi SMS dari Mas T ke Ustad M. Mungkin begini, "Bro, ente ada di rumah nggak? Ane mau ke sono" Udah, cuma gitu aja? Segampang itukah? Beliau yang sibuk, terus mau kasih waktu ketemu buat saya yang hina dina nista banyak maksiat ini? Oh. Oke. Mungkin saya beruntung. Alhamdulillah.

Saya pun bergegas balik ke rumah buat ganti baju yang agak bagusan dikit, terus saya jemput Mas T di lapaknya. Setelah sholat 'ashar di masjid dekat rumah ustad M, kami jalan kaki ke rumah ustad. Begitu masuk, subhanallah, seluruh ruang tamunya yang luas itu disulap menjadi perpustakaan pribadi paling bagus yang pernah saya lihat. Tak sulit buat saya untuk mengetahui, jika semua buku itu dijual, maka duitnya bisa buat beli seluruh hidup saya, sampe ke anak cucu saya juga. Saking mahalnya itu buku-buku, di ruang tamu itu ada CCTV-nya juga.

Di tengah kami ngobrol, ustad sempat sibuk membalas SMS dan menjawab telepon. Sampailah di sebuah percakapan yang kami (saya dan Mas T) pun bisa dengar dengan jelas. Setelah menutup telepon, ustad M bercerita. (Redaksional persisnya saya lupa-lupa ingat, tapi intinya begini)

"Barusan ada temen, dia bilang ada akhwat (saudara perempuan) minta dicarikan suami. Mintanya bujang alias masih single. Padahal umur sudah 35. Saya bilang, mana bisa? Kalau sudah umur segitu pilihannya cuma dua : cari duda, atau rela dimadu. Kalau cari duda ya zolim, karena kita mengharap banyak yang pisah sama istrinya entah karena cerai atau ditinggal mati. Tinggal pilihan terakhir ya dimadu alias jadi istri kedua. Ada-ada saja.."

Saya dan Mas T senyum-senyum saja. Ustad M melanjutkan,

"Temen saya yang wanita juga banyak yang seperti itu, terlalu sibuk bekerja. Menjadi wanita karir. Mereka lupa, bahwa fitrah wanita itu ya memperoleh pendamping hidup. Menikah. Saking sibuknya mencari uang, eh tahu-tahu umur sudah banyak. Masya Allah..."

4 komentar:

  1. aaaa.... ini sangat menohok.

    BalasHapus
  2. Siti Khadijah dulu dinikahi Rasulullah SAW yang single ketika sudah berumur 40 tahun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketika dinikahi, dia belum masuk Islam bro. Muhammad umur 25 juga belum jadi Rasul.

      Sorry ya kalau menyinggung, silakan bikin artikel sendiri kalau mau berpendapat, entar ane komen di blog situ.

      Hapus
    2. Perlu diingat ketika Kjadijah berumur 40 tahun itu, Ia sudah menyandang status janda sebanyak 2x. Jadi tidak bisa beliau dianggap lupa fitrahnya untuk mencari pendamping hidup..

      Kalaupun ada mbak-mbak umur 35 yang dapet mas-mas single, jumlahnya pun tidak banyak.

      Hapus

speak now or forever hold your peace

About Me