Makan

Bismillah

Waktu KKN dulu, saya punya teman satu grup namanya Rinaldo Hasibuan. Ahli agama. Rendah hati. Bijaksana dan bijaksini. Teman sempurna untuk menyedot ilmu. "Bo," katanya suatu kali, "ente kalau mau lihat akhlak orang, salah satu caranya lihat waktu dia makan". Dan memang betul nasehat si Aldo ini ane ingat terus hingga sekarang.

Mungkin begini. Coba kita runut bagaimana makanan itu hingga bisa sampai ada di atas meja pingpong, eh meja makan maksudnya. Kita mulai dari garam untuk bumbu masakannya saja. Prosesnya, masya Allah, coba kita pikirkan. Tuhan Menciptakan matahari untuk menyinari air laut yang dijemur. Air lautnya menguap, tertinggal garam. Itu baru garamnya sahaja, yang paling-paling tak sampai setengah sendok teh.

Untuk nasinya, lebih kompleks lagi. Mulai dari bibit padi yang disemai di sawah yang digemburi dulu oleh kerbau pembajak. Ketika tumbuh, harus diberi air supaya tetap tumbuh. Setelah padi siap panen, prosesnya tidak berhenti hingga di situ. Dijemur dulu, dan kulit padi harus dipisahkan dengan berasnya dulu. Dapat beras, masukin karung, lalu didistribusikan dengan truk yang bahan bakarnya dari fosil dinosaurus jutaan tahun lalu.

Itu baru bicara soal nasi dan garam. Kalau kebetulan duit banyak, bisa ada ayam goreng, tahu tempe, sayur lodeh, dan sebagainya. Setelah makan kita minum air Akuah. Air tersebut berasal dari air laut yang termurnikan proses penguapan, kemudian jadi awan, kemudian ditiup angin, dan diturunkan lagi sebagai air hujan di atas gunung. Air hujan diserap tanah, kemudian menjadi air tanah pada mata air yang kemudian ditemukan perusahaan Akuah. Disedot, dan dimasukkan ke dalam galon, hingga sampai ke rumah kita.

Coba kita pikirkan semuanya dengan lebih detail, betapa semua hal yang kita makan itu adalah nikmat luar biasa dari Yang Maha Kuasa. Jadi, kalau akhlak orang itu sedemikian buruknya, mungkin ketika dia makan tidak mengucap nama Allah, makan pakai tangan kiri, dan sambil berdiri pula.

Semoga kita bisa membiasakan diri dengan adab-adab makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me