Kayu yang Bersandar

Bismillah



Di sebuah negeri berpenduduk mayoritas muslim, hiduplah kaum kafir yang terus membuat kericuhan. Kaum kafir ini merasa di atas angin karena didukung oleh sebagian kaum munafik yang bermuka dua. Justru kehadiran kaum munafik ini yang lebih bikin repot. Mereka mengaku bersyahadat tapi ambil untung bila ada kesempatan.

Kisah di atas terjadi 1400 tahun lalu, di kota Madinah. Kala itu kaum kafir Yahudi (Qaynuqa) merasa sudah bisa beradu kuat dengan kaum muslimin. Apalagi mendapat dukungan dari gembong kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul. Nasib Bani Qaynuqa berakhir dengan pengepungan oleh kaum muslimin, lalu terusir dari kota Madinah.

Kaum munafik, mereka inilah musuh dalam selimut, duri dalam daging, kutil di ujung jari, kerikil dalam sepatu, penusuk dari belakang, kutu busuk di dalam sofa, bara api dalam sekam, bergunting dalam lipatan. Pantas bila dalam quran, status mereka oleh Allah lebih dihinakan di neraka (QS 4:145).

Apakah Rasul tidak tahu tentang keberadaan mereka? Tentu Rasul tahu. Apalagi ketika perang Uhud, atas hikmah Allah, Ia Menampakkan kemunafikan Abdullah bin Ubay bin Salul senyatanya. Di tengah jalan menuju perang, ia membelot bersama pengikutnya.

Walau begitu, hingga akhir hayat Abdullah bin Ubay bin Salul, Rasul masih berharap mereka bertaubat. Sebelum Rasul menyolatkannya, ‘Umar sudah tak sehati. Setelah itu, barulah Allah Menurunkan QS 9:84, larangan untuk menyolati orang munafik.

Lewat Hudzaifah, Rasul memiliki daftar orang munafik. Sebuah daftar nama yang sedemikian rahasia, sehingga seorang ‘Umar pun tidak tahu isinya. Bila seorang muslim meninggal, ‘Umar melihat Hudzaifah. Jika Hudzaifah hadir, maka hadir pula ‘Umar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me