Profesionalisme dan Keislaman

Bismillah

Apakah benar kita wajib dan harus belanja, bertransaksi, berinvestasi, berkegiatan ekonomi, hanya pada sesama muslim? Pertanyaan ini tentu luas cakupannya. Kalau kita lihat pada zaman sahabat, tak jarang mereka juga berjual beli pada orang kafir. Artinya, dari segi muamalah, sebetulnya sahih-sahih sahaja kalau mau beli di warung orang non-muslim.

Tapi kita kan harus menguatkan ekonomi muslim?

Memang benar seperti itu, tapi ini sering menjadi legitimasi berbagai hal yang (ujung-ujungnya) mencoreng nama baik orang Islam sendiri.

"Tak apalah kualitas barang amburadul, toh pasti laku karena komunitas muslim pasti beli"
"Tak apa mahal, jual harga jutaan, bikin produk scam, ambil untung berkali lipat, market Indonesia mayoritas orang Islam"
"Tak mengapa tipu-tipu, bermulut manis bak madu, kan kita harus saling percaya sesama saudara seiman"
"Bidang bisnis remang-remang, nggak papa nanti kita kasih embel-embel 'syariah', pasti laris manis dibeli ibu-ibu berhijab"

Tentu pendapat di tulisan ini sangat kontroversial bin debatable. Yang ingin penulis katakan, janganlah bersembunyi di balik keislaman lalu menghalalkan segala cara untuk meningkatkan profit dagang Anda. Jika keislamannya benar, seharusnya bab muamalahnya juga kholas, dan pasti profesional, jujur, dan amanah. Kita beli di warung makan muslim karena percaya bahwa, paling minimal, dia tidak mencampur zat haram dalam masakannya. Tapi rasa masakannya? Wallahua'lam.

Memang benar bahwa ini hanyalah oknum, tapi oknum ini ya orang-orang kita juga. Dan tak menutup kemungkinan penyakit ini menular. Padahal ikhwah, sesama ngaji, tapi pinjem duit terus ditagih nggak nyahut. Ditanya nggak jujur tentang mutu barang, ya ikhwah juga. Jadi, profesionalisme berbisnis itu parameternya tentu banyak sekali, tak hanya bisa dilihat dari panjangnya bulu dagu, celana yang anti-isbal, atau lebarnya jilbab.

Kalau iklim bisnis seperti ini kita jadikan kebiasaan, tunggulah saatnya tidak ada yang percaya lagi untuk berbisnis dengan kita. Bahkan saudara sesama muslim. Ini masalah yang kita hadapi untuk bersaing dengan orang-orang yang modalnya lebih besar, jaringannya lebih luas, dengan sumber daya tak terbatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me