Kembali ke Masjid

Bismillah

Secara fitrah, kita itu sebetulnya sangat butuh masjid. Minimal kalau lagi kebelet di jalan, atau sedang butuh tempat beristirahat sementara. Masjid, apalagi yang desainnya bagus dan karpetnya wangi, membawa kedamaian dan ketenangan hati. Bikin ngantuk, dan betah buat berlama-lama. Alternatif wisata reliji nan murah meriah.

Dulu, Abdullah ibn Umm-Maktum tetap wajib sholat berjamaah di masjid. Padahal, beliau ini buta, hidup sendirian tak ada pengantar, dan perjalanannya menuju masjid melewati hutan lebat sepaket dengan binatang buas. Semua karena ia masih mendengar panggilan hayya 'alashsholah, hayya 'alalfalah. Panggilan menuju sholat, panggilan menuju kemenangan.

Us jaman now...

Padahal jarak masjid tak seberapa, kalau pun jauh bisa naik motor. Di dalam masjid adem ayem pake AC. Diganjar dengan pahala 27 kali lipat lebih banyak. Perlu kita jujur pada diri sendiri, hal apa yang membuat kita rasa-rasanya jauh dari masjid?

Peradaban seharusnya dimulai dari masjid. Tak hanya sekadar majelis ilmu dan tempat mengaji anak-anak pasca 'ashar, tapi teras masjid seharusnya jadi tempat pertemuan para saudagar. Pemilik rumah makan ketemu dengan peternak bebek, pengusaha konveksi ketemu dengan petani kapas, dan seterusnya. Bersinergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me