Bismillah
Mungkin kalau ada karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang dikenal orang, itulah "Di Bawah Lindungan Ka'bah" dan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck". Memang, kebanyakan buku-buku HAMKA adalah buku keagamaan. Bahkan, karya paling terkenalnya adalah tafsir Qur'an. Bayangpun..
Di tulisan kali ini, Anda tidak akan menemukan versi PDF dari hikayat Zainuddin dan Hayati. Tidak akan. Saya cuma ingin menceritakan kembali hikayat ini dengan bahasa saya sendiri. Silakan baca buku aselinya yang tidak mahal. Dan ya, tentu bahasa saya lebih sederhana, dan lebih ringkas. Beginilah cerita itu tersebut.
Tersebutlah seorang lelaki bernama Zainuddin, yang bertemu dengan Hayati lantaran hujan. Sifat baik Zainuddin membuatnya meminjamkan payung yang dipegangnnya kepada Hayati dan temannya, sedang ia menunggu hujan sendiri sahaja. Terbuktilah, payung dan hujan senantiasa pemula segala keromantisan.
Hari berganti hari, Zainuddin dan Hayati pun saling bertukar surat. Sederhananya, keduanya memiliki perasaan yang sama, perasaan tak ingin kehilangan. Namun, kerana keadaan Zainuddin yang tak berayah bangsawan, serta kemelaratan yang dideranya, berasa tak elok Zainuddin bersanding dengan Hayati, walau sebenarnya Zainuddin ini pandai betul ilmu agamanya, serta tak diragukan lagi baik akhlaknya.
Keluarga Hayati, tak lama kemudian, menerima lamaran dari Aziz. Orang pangkat, turunan kaum berada, dan cakap pula parasnya. Namun, dikeranakan khabar dari sanak Zainuddin bahwa si Aziz ini suka bermain perempuan dan mengocok dadu, menjadi tak rela hati Zainuddin melepas Hayati kepada Aziz.
Di antara kedua lamaran itu, akhirnya dipilih salah satu sahajalah oleh kerabat dari Hayati. Tentulah Aziz yang menjadi suami Hayati. Dan Zainuddin, semakin terpuruk dalam kehinaan dunia dikeranakan hampir membunuhi diri sendiri, terlampau berat fikirnya. Hayati pun berkirim surat terakhir, pertanda itulah perputusan hubungan orang itu berdua.
Tak ada wanita lain di hati Zainuddin selain Hayati seorang. Dibuatnya berbagai-bagai tulisan penanda remukan kalbunya, hingga akhirnya ia menjadi penulis paling tersohor dengan sebutan Tuan Z. Bukannya cerita-cerita itu ia karang setipunya, melainkan kisah nyata antara ia dan Hayati.
Dalam waktu yang tidak sekian lama, Zainuddin dapat pula mengumpulkan sekeping demi sekeping harta. Sedang Aziz, alahmak kesian betul nasibnya. Harta habis sudah untuk bermain dadu dan kartu, sedang pekerjaan ia jadi tak punya lantaran lalai. Dengan keadaan yang memilukan itulah, sepasang suami istri salah kodrat itu menonton pertunjukan drama hasil karya Tuan Z yang tak lain adalah Zainuddin seorang.
Betapa terhenyak Aziz dan Hayati mendapati ternyata Tuan Z adalah tak bukan Zainuddin yang dulu mereka khianati sampai-sampai hampir hilang akalnya. Dan kerana tak berpunya tempat berteduh lahagi, Aziz dan Hayati menumpanglah di rumah besar Zainuddin, orang yang dahulu mereka campakkan sedemikian.
Aziz berupaya membenahi diri dengan mencari pekerjaan di kota besar. Namun, ajalnya berakhir di kamar hotelnya. Ia didapati membunuhi diri sendiri kerana tak mampu menahan malu. Di samping mayatnya ditemui surat teruntuk Hayati dan Zainuddin, agar hidup bahagia hingga maut memisahkan.
Hayati pun menemui kembali cinta yang dulu hilang, cintanya pada Zainuddin seorang. Namun, Zainuddin adalah lelaki tegar sekarang, bukan anak cengeng yang tak punyai harga diri. Ia usir Hayati sedemikian sehingga Hayati pun pergilah kembali ke tanah Minang, tanah yang mengusir Zainuddin karena tak punyai apa-apa pula.
*peringatan, khikayat ini mengandungi kisah yang berpampasan. Sila berhenti membaca bila tak berkenan*
Sekarang, saling berbalik sudahlah takdir Hayati dan Zainuddin. Dahulu Zainuddin diusir lantaran terlalu tak pantas untuk Hayati. Sedang sekarang, Hayati pula yang mengemis cinta pada Zainuddin, orang yang namanya dipuja-puja sebagai tukang sastra tersohor.
Hayati berpulang mengguna kapal Van Der Wijck. Kapal ini lalu karam di tengah sapuan ombak, karam tak berbekas. Sedang penumpangnya berhamburan tak tahu ke mana, miliki takdir yang beraneka rupa. Sedang Hayati, ia beruntung dapat diselamati oleh nakhoda kapal nelayan yang lalu bawa ia ke rumah sakit terdekat.
Mendengar kapal yang ditumpangi Hayati karam, terkejutlah Zainuddin dan bergegaslah ia pergi mencari daftar nama korban. Ketika Zainuddin berhasil menemui Hayati, ia luapkan semua perasaan cintanya yang abadi pada Hayati, berharap mereka berdua orang akan nikmati cinta hingga mati. Sayang, Hayati segera menghadap yang Maha Pencipta sesaat setelah mengulum senyum terakhirnya, senyum pada Zainuddin.
good
BalasHapus