Akun Sosmed Orang Kaya

Bismillah.

Sosmed itu penuh dengan realitas yang jauh dari apa yang ditampilkan. Bahkan mungkin malah sebaliknya. Orang yang benar-benar kaya, akan cenderung untuk menutup diri dari popularitas. Sangat perhatian kepada informasi yang sifatnya pribadi. Takut ketahuan orang pajak juga, mungkin?

Saya curiga, akun sosmed yang suka pamer harta dan hidupnya terkesan isinya jalan-jalan terus, adalah kumpulan orang-orang dengan masalah kejiwaan, yang aslinya pusing memikirkan cicilan dan hutang. Bukankah sering kita lihat, selebritas sosmed yang tertangkap membual karena tak ingin terlihat kismin di mata para penggemarnya?



Mungkin memang benar segitiga maslow tentang kebutuhan manusia yang suka "mengaktualisasikan diri". Bahwa keinginan untuk menonjolkan pencapaian itu menjadi urgensi bagi sebagian besar orang. Tapi untuk sebagian (kecil) yang lain, mengabadikan momen dengan mengunggahnya ke sosmed (dengan harapan mendapatkan sebanyak mungkin jempol) bukan menjadi pilihan.

Jadi teringat tentang Walter Mitty yang mencari film negatif yang hilang, sampai ke puncak Himalaya.

Waktu Bersama Anak

Bismillah.

Anak kemarin ngomong.

Aba kan sekarang sudah jarang main sama Arin lagi...

Lihat kalimatnya. Bukan seperti ini.

Mengapa Aba jarang main sama Arin lagi?

Betapa dia sudah mencapai tahap acceptance dari "5 stages of grief". Udah bukan denial lagi.

Saya memang sangat sibuk dalam 2 bulan terakhir. Pekerjaan. Proposal thesis. Semuanya menyita waktu. Boro-boro mau nongkrong di pos ronda sama Pak Rete. Keluarga sendiri aja kurang diurus.

Jika ada istilah anak durhaka, apakah ada orang tua yang durhaka? Yang mengabaikan hak-hak anaknya. Kasih sayang tak diberi. Tanpa membersamai. Yang ujung-ujungnya, wajar bila kelak ketika anak dewasa, orang tua menjadi ditelantarkan. Karena tak ada kedekatan bin ikatan hati.

Maafkan orangtuamu ini ya, Nak. Setelah semua urusan Aba selesai, nanti kita ke Mixue.

 

Keluarga, Kuliah, Kerja

Bismillah.

Pasti sulit menjadi bapack-bapack atau mamack-mamack yang sibuk dengan pekerjaan dan kuliah. Belum lagi jika anggota keluarga juga perlu perhatian lebih. Pasti perdjoeangan berat. Harus pandai-pandai juggling. Beralih dari hal satu ke hal lain.

Photo by Andres Gomez

Misal saat harus kerja lembur, di saat yang bersamaan tugas paper menumpuk, ditambah anak sakit. Pasti sulit dan bikin stress. Kayak lagunya Haji Rhoma Irama.

Lapangkan dada benahi masalah
Kepada Tuhan panjatkan doa
Tawakkal dan sabarlah

Stres (stres)
Obatnya iman dan taqwa
Serta mensyukuri apa adanya
(Pasti tak akan stres)

Untungnya Markonah bisa mengerti, dan kadang jadi tukang bantu-bantu ngerjain PR. Minimal copas hasil cet jipiti, atau searching referensi di mendeley. Kita beliin dia meja dan kursi kerja juga biar tambah semangat bantuin. Daripada scrolling-scrolling IG lambe turah yekan.

Memulai Penelitian

Bismillah.

Perdjoeangan berat sebagai mahasiswa baru saja dimulai. Final Boss alias bos terakhir. Walau ada banyak hal dari kampus ini yang (menurut saya) masih butuh diperbaiki, tapi kita tidak bisa melihat sistem yang kurang sempurna sebagai kambing hitam. Akan selalu ada hal yang bisa kita kendalikan, alih-alih terus-terusan masuk sekte sobat sambat.

Kesalahan di level S1 dulu juga jangan diulang kembali. Bukan apa-apa, kalau terlambat kita bukan hanya rugi waktu, tapi rugi duit. Tak seperti S1 yang biaya semesternya masih lebih murah dari cicilan motor Skupi cabe-cabean Plaza Ciledug Indah. Level S2 itu nomor wahid emang harus siap terik modal.

Pola pikir harus terus dijaga agar tetap semangat. Dengan usaha, doa orang tua, dan dukungan keluarga, insya Allah semuanya akan selesai juga. Research itu juga nggak melulu harus berhasil. Namanya juga re-search, alias "pencarian tak berujung". Ahzeg. Sotoy level mamang siomay.

Bagi Tuhan Semuanya Mudah

Bismillah.

Ketika para nabi dan penyampai risalah (sehingga dinamakan "rasul" atau "the messenger") itu dihadapkan pada segudang masalah yang luar biasa berat, mereka tidak pernah mengeluh. Mereka mendengar perintah, untuk kemudian mengikuti petunjuk dari-Nya. Sesederhana itu.


Kita, yang hidup tak sezaman dengan mereka-mereka itu, tentu saja level ke-ngeyel-annya bisa jadi lebih brutal daripada para pengikut nabi dan rasul zaman dahulu. Mungkin, karena kita hidup di era yang lebih modern, di mana penemuan di berbagai bidang ilmu sudah "cukup" membuat kita yakin semua persoalan zaman now bisa diselesaikan. Sok tahu sekali kita ini.

Siapa sangka, laut dapat dibelah Musa. Siapa mengira, Ismail bin Ibrahim diganti dengan seekor domba. Siapa yang tahu, seluruh dunia terendam banjir bandang dan yang selamat hanya yang naik ke atas kapal Nuh.

Dan kita masih saja sok tahu. Seolah tidak mampu belajar dari kisah-kisah para pendahulu kita. Setiap ada masalah, kita berusaha menyelesaikannya tanpa campur tangan Tuhan. Tanpa meminta kemudahan dari-Nya. Menganggap uluran tangan dan kasih-Nya tidak kita butuhkan. Sombong betul kita itu.

Takut Tambah Dewasa

Bismillah.

"Takut tambah dewasa. Takut aku kecewa. Takut tak seindah yang kukira" (Brigita Meliala, Takut)

Menjadi dewasa, bagi sebagian orang, ternyata hanya jebakan. Sakit hati. Kelelahan mengejar, atau merasa dikejar-kejar. Rehat seakan cuma ilusi. Ketakutan yang menjelma menjadi lubang yang menganga di dada. Dingin bila tertiup embun.

Jujur itu kadang membuat tatapan kepada anak jadi berbeda. Lebih dalam, seolah ingin bilang. "Nak, jangan ke sini, tetaplah di tempatmu. Menjadi anak-anak. Selamanya..."

Ingin rasanya tinggal di utopia. Negeri di mana tiap bangun pagi, usia tak bertambah. Raga selalu kuat memeluk buah hati, menggendong badannya yang tak bertambah berat. Melawan aturan semesta. Dari senja pantai yang satu ke senja yang lain. Begitu terus. Setiap hari.

Tapi Tuhan tak akan diam. Ia akan Menghadirkan kuasa-Nya. Mengalirkan air dari gunung, ke sungai, lalu berakhir di luasnya laut. Mencipta pohon 'tuk kita berteduh. Sekadar untuk berhenti dan mengingat sifat-Nya. Bahwa ada kekuatan yang akan membimbing gadis kecil ini, tanpa kita. Yang semakin tua, rapuh, dan lalu membusuk dimakan cacing.

Bumi Tuhan Itu Luas

Bismillah.

Dalam Quran 4:97, dikisahkan tentang para malaikat yang bertanya kepada orang-orang yang enggan berhijrah, alias mager.

"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?"

Akan ada tempat-tempat yang mungkin belum kita sambangi. Tempat yang nggak kepikiran ada. Entah karena terlalu dingin, terpencil, atau minim sumber daya. Tempat-tempat ini juga ada penduduknya. Bisa hidup, makan, dan bertahan. Hidup tak mesti harus di kota besar, yang ada mal atau jalan raya dengan segala macam pilihan moda transportasi. Tak harus ada gedung-gedung yang menjulang tinggi, yang kalau sudah jam kerja usai masih saja ada lampu yang menyala karena banyak yang lembur.

Segala kesempitan yang kita bayangkan, akan hilang kalau dunia ini sudah hancur, dan keabadian hanya ada di kehidupan setelah kehidupan. Di surga.

About Me