Buru-buru

Bismillah.

Ada keponakan yang sedang tinggal di rumah. Hampir seminggu. Usianya beberapa bulan saja lebih tua dari anak kami. Di suatu pagi, dia tanya.

Kenapa Arin tidak buru-buru?

Mungkin sudah menjadi karakteristik keluarga kami, segala hal dibikin santai. Bukan tidak serius, tapi lebih ke "tidak buru-buru". Tidak mesti berangkat sekolah dan kerja dari subuh hari. Makan bisa lambat-lambat. Saya sendiri bekerja masih dari rumah. Istri juga di rumah. Bisa makan sama-sama, dan bertemu sepanjang hari.

Ini berbeda dengan kebiasaan di keluarganya. Ayah berangkat ke kantor pagi-pagi. Anak pertama dan kedua harus berangkat sekitar jam 5:30 bersama Ibu yang juga bekerja. Sarapan, mandi, aktivitas pagi, dilakukan dengan cepat. Di rumah tidak ada orang sampai agak siang. Rame lagi nanti menjelang malam.

Menjadi salah satu dari sedikit bagian keluarga Indonesia yang "tidak harus buru-buru". Inilah pilihan hidup yang rasanya tidak populis, tapi kami syukuri.

Panjang Angan-angan

Bismillah.

Dalam islam memang tidak dianjurkan untuk panjang angan-angan. Ingin ini ingin itu banyak sekali, dan berharap ada kantung ajaib yang mengabulkan. Dengan sisa waktu yang semakin tergerus, sudah selayaknya kita makin tidak tertarik dengan dunia, yang sebentar lagi juga bakal ditinggalkan.

Betapa banyak orang yang ketika usianya sudah senja, menyesali banyaknya kesia-siaan yang dilakukan semasa muda. Tidak berusaha untuk dekat dengan Tuhan. Berharap lebih banyak waktu yang ia pakai untuk beribadah, menjalin hubungan dengan kerabat dan handai taulan. Semua hal yang diimpikannya sekarang, sudah sulit dilakukan dengan keterbatasan fisik.

Jantung mungkin sudah pakai alat. Berkali-kali naik meja operasi. Ginjal tinggal sebelah. Boro-boro santan, garam, micin, dan makanan enak-enak lainnya, makan nasi nambah dikit aja sudah ngeri gula naik. Mau melangkah ke masjid, tapi apa daya raga tak sekuat dahulu. Belum lagi kalau antrian haji masih 15 tahun lagi.

“Jika engkau berada di petang hari, janganlah tunggu sampai datang pagi. Jika engkau berada di pagi hari, janganlah tunggu sampai datang petang. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah pula waktu hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari, no. 6416)

Tidurlah Tidur

Bismillah.

Banyak orang menyepelakan tidur. Padahal istirahat adalah salah satu pemberi kekuatan. Mungkin itu juga hikmah kalau sholat tahajud itu kudu tidur dulu. Biar kuat, gitu.

Tidur membantu otak supaya tenang. Sejenak melupakan beban hidup. Masalah yang tak kunjung selesai, seolah tanpa solusi. Suasana hati membaik. Emosi sedikit mereda. Berat badan normal. Ketika tidur, memori-memori dalam ingatan saling berkoneksi. Merajut mimpi, mengukir asa. Saat bangun tidur, perasaan berubah. Setidaknya ada yang berbeda.

When in doubt, sleep.

Mending Rakit PC

Bismillah.

Kata mas gosonX waktu saya awal-awal kuliah dan ngekos bareng dia, 

Spek PC jangan bagus-bagus amat Wok, ujung-ujungnya cuma dipake maen game doang

Tapi sekarang kalau ngedit video atau pake program yang agak butuh resource gede, rada emosi karena spek laptop yang kentang. Yang bikin sedih, komentar Markonah. "Udah pake MacBook Pro masih ngerasa lemot juga?"

Ada keinginan untuk "pindah agama" ke PC, karena kalau ngelihat perkembangan produk Apple, kita itu "dipaksa" untuk tetap terus mengikuti, dan makin ke sini emang barangnya dibikn seolah cepet rusak. Mungkin biar terus beli yang baru rilis.

Markonah kurang setuju. Pertimbangan utama soal mobilitas. Kalau kerja di warung kopi? Kalau mudik ke kampung?

Kepikiran untuk beli sekelas Mini PC. Selain harga, mobilitas yang diidamkan Markonah sebetulnya masih bisa masuk. Sebelum dibeli, menghayal saja dulu.

The Road Not Taken

Bismillah.

Semester pertama telah selesai. Nilai matrikulasi keluar. Alhamdulillah bagus. Perlu disadari, makin mendekati akhir, makin berat. Di semester kedua harus sudah memilih konsentrasi. Mau pragmatis dengan ambil yang dipilih kebanyakan orang, atau tetap idealis dengan mengambil "jalan yang jarang dilalui", seperti puisinya Robert Frost.

Di semester ketiga, harus sudah ambil sidang proposal. Harus sudah punya bayangan tentang tugas akhir. Di semester keempat harus sudah fokus penulisan dan publikasi. Kesemuanya sembari mengurus pekerjaan dan rumah. Jadi libur sekitar satu setengah bulan ini harus dimanfaatkan untuk mulai cari literatur.

Semoga tetap lancar.


Menikmati Rumah

Bismillah.

Kami sedang dalam proses menjual rumah. Baru diiklankan tak sampai 2 minggu lalu. Dinding dicat untuk mempermanis foto. Barang-barang dibereskan. Halaman disapu. Kaca jendela dilap. Kain gembel di jemuran disingkirkan. Pas selesai, hlo ini rumah kok jadi enak dilihat ya? Makin estetik bin instagrammable.

Muncul kenangan bersama Markonah di rumah ini. Bagaimana saat pagar belum ada. Lantai belum ditinggikan. Kusen pintu dan jendela yang dimakan rayap. Proses renovasi yang membuat emosi akibat pekerja abal-abal. Semua kenangan itu membuat kami semakin sayang dengan rumah ini. Ada rasa cinta yang berbeda. Yang bersemi kembali. Tumbuh lebih lebat, seperti bulu ketek habis disiram Wak Doyok.

Mungkin memang benar kata Markonah.
"Allah tidak akan Kasih kita rumah yang baru, selama yang kita punya sekarang belum kita syukuri"
Harus dinikmati dengan segala "kekurangannya". Rada sempit, jadi pas keluarga dateng terpaksa harus ada yang tidur di ruang tamu. Dengan selingan suara bocah main lato-lato, atau suara Ibu-ibu pengajian yang punya OCD dengan pengeras suara.

Tapi, inilah rumah kami. Biar jelek tapi punya sendiri. Alhamdulillah.

Hutang

Bismillah.

Baru saja menelpon seseorang karena ane lagi BU. Kalau dibayar, lumayan buat bertahan hidup dan nambahin bayar duit kuliah. Mengingat nominal yang tak seberapa untuk orang sekelas beliau ini, dan sudah tidak ada kabar sejak 2021 lalu, ane berharap mendapat respon positif.

Tak dinyana tak diduga. Ye-be-es malah ngegas. Berasa jadi pemain sinetron Dunia Terbalik. Memang, beliau ini sedang jual aset karena bisnisnya sedang tidak baik. Mungkin juga untuk bahan bakar 2024. Paling minimal, bilang aja "nanti ya saya bayar pas saya udah jadi aleg".

Jadi teringat ungkapan, "hutang adalah pemutus silaturahmi paling tajam". Tapi ane sih nggak mau putus silaturahmi sekarang. Soalnya belum dibayar. Hahahaha.

About Me