Menyeberang

Bismillah

Menjadi pejalan kaki di Jakarta bakal meningkatkan peluang untuk mati syahid. Bayangkan sahaja, para pengguna jalan yang lain seakan-akan punya nafsu membunuh sedemikian tinggi, lengkap dengan aksi-aksi akrobatik mereka. Boleh jadi mereka memiliki asosiasi psikopat yang kesemuanya korban dari terlalu banyak main Grand Theft Auto, pada misi pedestrian carnage. Semakin banyak menabrak pejalan kaki, semakin besar poinnya.

Nyasar, Bos? (gambar dari sini)
Dosa-dosa para pengguna jalan selain pejalan kaki dan pesepeda cukup bikin kita ingin marah. Namun, marah pada siapa? Kota ini sudah terlalu beringas. Jalanan sudah tak aman. Mau berharap ramah ya diam saja di rumah. Kalau tak hati-hati bisa mati. Bila perlu, sebelum menyeberang jalan, sholat sunnah dulu 2 rakaat, nanti kalau sudah selamat hingga sisi yang lain, lanjutkan dengan sujud syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala. Kalau kata si Joe teman saya, "Negara ini sudah terlanjur rusak Bo, mending dihancurin sekalian, terus kita bikin lagi dari awal"

Berikut kelakuan para pengguna jalan di Jakarta yang bikin geleng-geleng kepala. Ohya, sebagai warga negara yang tak cuma bisa mengkritik, saya kasih solusi juga di masing-masing problem ini. Yah, walaupun terdengar absurd, setidaknya kasih usulan.

Menerobos lampu merah, secara berjamaah
Mungkin inilah contoh nyata dari tragedy of the commons. Kelakuan satu pengendara, dapat membuat pengendara lain ikut-ikutan mengekor. Satu orang saja yang merusak sistem, bisa rusak semuanya. Nanti kalau ditilang bagaimana? "Hloh, Pak?! Kok cuma saya yang ditilang? Ituh tadi yang barengan saya satu kelurahan gitu kok??"
Pilihan solusi : tembak di tempat, pasang street spikes saat lampu menyala merah.

Menggunakan jalur TransJakarta
Biasanya para pengguna jalan yang tak sabar, dengan modal nekat plus separator busway yang rendah membuat mereka merebut hak penumpang TransJakarta. Tergantung nasib, bila mujur bisa sampai di tempat tujuan lebih cepat, bila apes siap-siap disemprit sama polantas dengan motor 1000cc.
Pilihan solusi : tembak di tempat, denda 10% dari harga kendaraan, memasang separator busway yang lebih tinggi.

Menggunakan trotoar/jalur pejalan kaki 
Mungkin ini wujud frustrasi dari ojek atau pengendara motor terhadap kemacetan Jakarta. Biasanya abang-abang pengendara motor ini sudah melengkapi klaksonnya dengan versi modifikasi, dengan suara yang lebih memekakkan telinga.
Pilihan solusi : tembak di tempat, memasang separator di trotoar atau membuat trotoar yang lebih tinggi.

Melawan arus lalu lintas
Biasanya terjadi di perlintasan kereta api. Sebelum pintu palang terbuka, yang mengambil jalur kanan sudah sekampung. Begitu kereta sudah lewat, brrroooomm... Kemacetan dan (kadang) saling maki pun tak terelakkan.
Pilihan solusi : tembak di tempat, memasang pemisah jalan 

Bunyi klakson di mana-mana
Di Jakarta ini aneh. Sebentar-sebentar orang membunyikan klakson. Boleh jadi karena otaknya sudah terlalu banyak terpolusi asap knalpot. Berikut bunyi klakson dan maknanya di Jakarta.
Din = Permisi
Din Diin! = Minggir woy!! Guwa mau lewat!!!
Diiiiiiiiiiiiinnnn!! = Woy, *?!!^%;$$#@!~`%##-+** (isi kebun binatang)
Diin Din, Din Din Din, Diin Din, Din Din Din (dst) = salah satu ormas sedang pawai
Pilihan solusi : pakai earphone, pasang tatto yang serem, modifikasi plat nomer sehingga ada tanda bintang kayak mobil pejabat tinggi atau jendral

BBMan atau menggunakan handphone sambil nyetir/berkendara
Ini untuk yang sudah kecintaan akut dengan gadgetnya masing-masing. Kalau nelpon di atas motor pake acara diselipin di helm (NORAK). Sepenting apa sih sampe-sampe nggak bisa nunggu? Kayak yang dapet order semilyar aje...
Pilihan solusi : tembak di tempat, sanksi tegas.

Menggunakan lajur darurat di jalan tol
Saya punya teorema sederhana. Waktu tempuh perjalanan itu berbanding terbalik dengan kadar kegilaan juru kemudi mengendara. Semakin gila, semakin cepat sempai. Tapi nggak tahu entah sampai ke tempat tujuan, atau sampai ke alam barzakh.
Pilihan solusi : tembak di tempat, memberi pembatas jalan.

Berhenti / ngetem di sembarang tempat
Ini berlaku untuk angkutan umum seperti angkot, karena rugi banget kan kalo setoran kurang karena penumpang sepi. Jadi sekali angkut banyak biar setoran cukup. Kalau untuk mobil pribadi, biasanya karena nanggung mau parkir si Nyonya udah mau keluar mall, mau muter2 dulu di jalan rugi bengsin.
Pilihan solusi : tembak di tempat, dipakein wheel clamp (bahasa indonesianya apa ya?)

Berbelok tanpa aba-aba
Biasanya ada guyonan ngetop "Bajaj itu kalau mau belok cuman dia sama Tuhan yang Tahu". Padahal kalau di ujian ambil SIM kan diajarin kalau mau berbelok setidaknya sudah hidupkan lampu sein minimal 30 meter sebelumnya (jarak aman).
Pilihan solusi : tembak di tempat, pasang jalur lambat


***

Sebenarnya kalau mau diurutkan lagi, masalah di jalanan Jakarta ini memang tak akan ada habisnya. Jalanan terbatas, volume kendaraan tinggi, polisi lalu lintas tak berpengaruh, sarana transportasi masal kurang oke, harga bensin terlalu murah karena disubsidi, orang ambil SIM bisa pakai tembak dan tanpa tes (bahkan anak belum cukup umur bisa bawa kendaraan pribadi). Kusut. Tapi yang jelas-jelas bisa menenangkan kita boleh jadi ya cuma bersabar dan berdoa pasrah sepanjang perjalanan.

Selamat berkendara, semoga selamat hingga tujuan. Keluarga Anda menanti di rumah.

5 komentar:

  1. hahaha, ini lucu sekali Mas. dan saya setuju buanget sama isinya. saya belakangan ini sering sekali lihat pengendara motor diklakson pengendara motor lain di lampu merah cuma karena dia nggak mau jalan. ya wajar saja, orang lampunya masih merah, tapi mungkin menurut pengendara yang lain, lampu merah itu motor sudah boleh jalan :)) demokrasi kebablasan, suara mayoritas = suara kebenaran. jadi salah berjamaah hitungannya jadi benar, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mas Didit atas komentarnya. Semoga kita nggak ketularan gila juga ya Mas...

      Hapus
  2. Kalo konvoi motor juga kadang ngeselin tuh Mas, heran padahal itu kan di jalan umum tapi seperti milik mereka sendiri, safety ridingnya 0 besar...

    BalasHapus
  3. Wah iya, betul yang sampeyan tulis Mas. Di Jekardah ini, orang taat berlalu lintas itu malah jadi musuh bagi pengendara lain. Lampu masih merah atau kondisi macet pun masih diklaksonin sambil teriak2.
    Sudah banyak orang gila di jekardah, yang penting kita ga ikutan jadi gila ya :D

    BalasHapus

speak now or forever hold your peace

About Me