Kompetisi dan Kolaborasi

Bismillah.

Nenek moyang kita terbiasa, atau terpaksa, berkompetisi. Memperebutkan makanan. Shelter. Sumber daya. Pasangan. Apapun. Masalahnya, semakin ke sini, kita akan semakin berbeda dengan para pendahulu kita. Manusia zaman now akan cenderung memilih jalan kolaborasi dibanding kompetisi.

Inilah yang menjadi salah satu penyebab orang-orang dengan tangan dominan kiri menjadi semakin sedikit, walau secara statistik mereka itu juga punya peluang yang sama besar dengan orang yang terlahir dengan dominan tangan kanan. Orang yang punya DNA kidal, akan "terhanyut" dengan "mayoritas" (tangan kanan) supaya mereka bisa berkolaborasi lebih baik. Orang kidal, dalam dunia olahraga misalnya, akan punya keunggulan tersendiri karena mereka minoritas yang orang kanan kurang terlatih menghadapinya.

Perayaan kemerdekaan diisi dengan hal-hal berura kompetitif. Akan ada perasaan "jika saya ingin menang, maka orang lain harus kalah". Padahal mungkin ada orang yang pengen dapet hadiah supaya sekeluarganya bisa makan. Atau, mirip seperti cerita Children of Heaven, di mana Ali ingin mendapat juara 2 saja (bukan juara 1) supaya hadiahnya, sepasang sepatu, bisa ia berikan kepada Zahra, adiknya.

Isu kemanusiaan masih banyak yang harus dipecahkan. Semuanya butuh kolaborasi. Paling minimal, kita pecahkan dulu alasan mengapa pasang elpiji 3 kilo harus dikaretin dulu dan diganjel pakai cobek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me