Mimpi Naik Haji

Bismillah

Ketika saya kuliah, saya punya 3 cita-cita. Cukup sederhana.

0. Get a full scholarship for master degree.

Berkali-kali saya mencoba, berkali-kali pula saya gagal. Orang yang bilang bahwa mendapatkan beasiswa itu mudah, pastilah satu di antara dua jenis orang : benar-benar pintar atau benar-benar berusaha keras. Sayang sekali, saya bukan termasuk keduanya. Apa yang bisa diharapkan dari mahasiswa sering bolos yang di mata kuliah Kewarganegaraan mendapat C?

Cita-cita pertama, tertimbun di kelamnya awan kebodohan, kandas oleh rasa malas dan pesimis.

1. Make a big company, and living from selling.

Terpengaruh beberapa buku tentang wirausaha (termasuk komik karya Takemura Yuuji berjudul Uttare Daikichi - 売ったれダイキチ ), saya mulai menjual berbagai macam barang dan jasa. I'm sure I can sell a condom to a monk. Dengan congkak saya yakin akan ikut The Apprentice Indonesia 2, namun mungkin hingga Peter F Gontha jadi gondrong, hal itu tidak akan tercapai. Orang tua kurang merestui saya terjun di bisnis.

Cita-cita kedua, hilang terbawa angin, takluk ditikam doa Ibu.

2. Going to Hajj.

Saya sudah punya rekening haji sejak hampir 3 tahun yang lalu. Dengan kadar gembelitas lebih parah dari gembel betulan, tidak heran bila tidak ada perubahan signifikan dari saldo rekening tersebut. Saya yakin saya masih bisa mewujudkan cita-cita terakhir ini, walau harus berangkat dengan biaya minim seperti dalam film Le Grand Voyage.

Sepertinya ada banyak alasan mengapa Tuhan Membuat ibadah ini. Salah satunya adalah, supaya setidaknya sekali dalam seumur hidup, hamba-Nya bisa melihat dunia yang lebih luas, bertemu dengan orang-orang baru, memperbanyak wawasan dan ilmu. Bayangkan bila hampir 3 juta manusia berada dalam satu tempat yang sama, menyerukan asma yang sama, menghadapkan diri untuk tujuan yang sama. Saya sudah sering ditertawakan orang untuk dua cita-cita yang gagal terwujud, saya tidak akan menyerah untuk cita-cita terakhir ini.

Mari merayakan Idul Adha tahun ini dengan mengikis sedikit sifat tamak, serakah, loba, yang melekatkan harta hingga ke dada. Mari belajar dari Ibrahim, ayah para Anbiya. Belajar untuk merelakan sebagian rizki untuk orang lain. Belajar merelakan yang kita cintai pergi. Belajar menghapus sifat-sifat kebinatangan dalam diri.

PS: Anda bisa berkurban dengan praktis. Silakan kunjungi http://www.superqurban.com, lakukan order, transfer ke rekening Rumah Zakat, dan konfirmasi melalui form yang tersedia di http://www.superqurban.com/abouts/konfirmasi/
About Me