Clear Things Up

Bismillah

Bila kita lihat, sebagian orang-orang besar yang dikenal dunia pernah 'vakum' dalam hidupnya. Muhammad SAW, sering menyendiri di gua Hiro. Steve Jobs, secara khusus menabung di tahun 1974 supaya bisa melakukan perjalanan spiritual ke India. Bob Sadino, sudah hidup mapan sebagai pelaut, tiba-tiba memilih untuk jadi miskin. Manusia-manusia hebat ini, rela meluangkan waktu, sebentar saja, untuk mengosongkan diri.

Ryoko Hirosue (santai kayak di pantai)
Mungkin kita selayaknya berkaca dan belajar dari mereka. Sejenak merenungi hakikat penciptaan diri, makna di balik alam semesta, alih-alih sibuk dengan rutinitas yang melulu duniawi. Benar-benar tidak melakukan apa-apa, dan fokus untuk menggali arti hidup yang lebih dalam. Karena hidup bukan hanya sekadar angka di hasil penjualan bulanan, bukan profit perusahaan nan melambung, bukan miliki mobil atau rumah mewah. Pasti ada sesuatu dalam hidup yang jauh jauh lebih besar dari itu semua. Dan seharusnya, lebih sederhana.

"Perjalanan mengajarkan bahwa yang sebenarnya kita butuhkan dalam hidup hanyalah sedikit saja" -- @stwn

Sejak awal bulan ini, saya resmi menjadi pengangguran. Ini agak-agak lucu karena baru 6 hari sebelumnya saya bercerita tentang pekerjaan saya pada lebih dari 100 murid Sekolah Dasar. Surat pengunduran diri sudah saya buat sebulan sebelumnya, dan layaknya calon pengangguran, saya mulai mencari pekerjaan baru. Alhamdulillah, saya diterima di 4 perusahaan berbeda dalam waktu yang relatif bersamaan. Namun perasaan saya mengatakan, saya harus lepas semuanya.

Bukan soal salary/benefit/kompensasi yang sebenarnya saya cari, karena toh di pekerjaan saya yang lama, yang saya dapat sudah lebih dari cukup. Saya pernah menonton salah satu presentasi Simon Sinek di TEDx, ia bilang begini. "If you hire people just because they can do a job, they will work for your money. But if you hire people who believe what you believe, they will work for you with blood, sweat, tears." Jadi alasan utama saya adalah, mencari perusahaan yang benar-benar mengerti how to convince me to believe what they believe. Setelah itu saya tidak akan pindah tempat kerja lagi.

Ide ini mungkin sedikit ngawur. Anda boleh tertawa. Tapi, bukankah kita sering melihat banyak orang tetap mencari pekerjaan sambilan saat penghasilan utamanya sudah lebih dari cukup? Ada orang yang rela ambil resiko masuk bui, korupsi uang demi membeli rumah yang belum tentu disinggahi setahun sekali? Buat saya, orang-orang yang berambisi dan terlalu cinta pada dunia, dan tidak terlalu yakin pada kehidupan setelah kematian, adalah orang-orang yang pantas diberi rasa iba.

Keluarga tentu mempertanyakan keputusan tidak populer ini. Namun, Bill Gates pun pernah memutuskan drop out dari kuliahnya. Langkah yang ia ambil dicecar pada awalnya. Tapi bila itu tidak terjadi, ia tak akan fokus di Microsoft, dan boleh jadi perusahaan itu tidak akan sebesar sekarang. Saya pun yakin langkah yang saya ambil tidak salah. Mungkin tidak sepenuhnya benar, tapi ini tidak salah. Saya punya tahi lalat di bahu kiri. Waktu kecil, saya pernah baca kalau artinya "Orang dengan tanggung jawab yang sangat besar". Saya percaya saya akan jadi orang besar, maka dari itu saya melatih intuisi saya mulai sekarang. Intuisi lebih berharga daripada kecerdasan.

Dan, di sinilah saya saat ini. Sebuah rumah sewa murahan yang jauh dari pusat Jakarta, jauh dari keramaian dan hiruk pikuk manusia. Kira-kira sebulan. Merenung. Mengosongkan diri. Mulai menata hidup. Just to clear things up. Apa yang saya lakukan sembari menunggu kesempatan baik datang?

Mencoba lebih dekat ke Tuhan
Waktu masih jadi pedagang sempak di pasar Sengon, saat adzan tiba bisa tinggalkan lapak dan berangkat ke masjid. Kalau selesai Maghrib bisa belajar mengaji. Kalau lapak sedang sepi, bisa baca buku atau sholat sunnah. Setelah bekerja di Jakarta, saya sudah agak lupa, kapan terakhir kali saya belajar mengaji, atau sholat shubuh di masjid, atau baca buku penuh ilmu. Kalau Anda sudah dibutakan dengan pekerjaan 8 jam sehari, penghasilan 8 digit per bulan, mungkin rehat sesaat ada gunanya. Supaya Anda makin mahfum bahwa yang Anda capai tidak ada apa-apanya dibanding Yang Maha Mencipta semua.

Melakukan perjalanan
Saya merencanakan pergi ke Solo, Yogya, Surabaya dan Malang pada pertengahan bulan. Saya sebut ini sebagai perjalanan sufistik nan relijius penambah ilmu serta kedewasaan (#aihsedap). Di Solo, saya ingin memberikan laptop lama saya ke sepupu. Di Yogya, saya ingin cari guru ngaji saya dahulu (dan mungkin berkunjung ke beberapa orang kaya di Yogya untuk menimba pengetahuan bisnis). Di Surabaya, fixing relationship dengan salah satu teman baik yang sudah lama tidak berjumpa, sekaligus mengambil Macbook Pro 2nd yang sudah saya beli beberapa hari yang lalu. Di Malang, bila sempat, menghadiri resepsi pernikahan salah seorang teman.

Khusus untuk resepsi pernikahan, kurang saya prioritaskan karena saya termasuk yang sinis dengan hal-hal sedemikian. Seperti kata Kevin dalam 27 Dresses, pesta pernikahan isinya cuma 3 : forced merriment, horrible music, bad food. Saya pikir pasangan yang ingin memulai kehidupan baru tidak usah menghabiskan uang puluhan juta rupiah hanya demi membuat kesan bagus pada para undangan (yang mirisnya, sebagian besarnya tidak mereka kenal!). Mungkin ini akan saya jadikan topik tulisan di lain kesempatan. Hahaha. Sip.

Become a code monkey
Saya masih punya beberapa aplikasi yang harus diselesaikan. Semuanya iseng. Nanti kalau sudah selesai saya akan rilis di github atau di Junk Codes. Di sini saya belajar banyak hal. Salah satunya, supaya ikhlas memberi source code pada orang yang tidak Anda kenal sekali pun.

Belajar investasi
Salah satu resolusi saya tahun ini, hidup minimalis, sebagian tercapai dengan terbelinya Macbook Pro (akan saya tulis di posting tersendiri). Namun, gain 20000 USD, sepertinya jauh dari harapan. Bagaimana mungkin, orang yang tidak punya pekerjaan tetap di kuarter kedua, bisa punya resolusi dapet 180 juta perak di akhir tahun? Tapi ini pelan-pelan lah.. Kalau terlalu memaksakan diri nanti bisa gila. Hahahaha.

Doakan saya berhasil. :)

2 komentar:

  1. Semangat MasB(r)o. Do your best and God will do the rest.

    Salam hangat terdahsyat untuk keluarga tercinta dan saya mohon maaf belum bisa beranjangsana ke kampung Anda eh malah Anda sudah bergulat di Ibukota.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bang Haji.. :D

      Iya nanti kontak sahaya sahaja bila dirimu perlu guide, khusus teman berlaku harga istimewah..:p Ingat kata sahaya W, seburuk-buruk tempat mencari nafkah adalah Jakarta. Jadi kalau di Jakarta hidup, di mana pun di Indonesia kita bisa hidup. #shahih :)

      Hapus

speak now or forever hold your peace

About Me