Hoarding

Bismillah

Compulsive Hoarding Disorder, menurut saya (yang sok tahu), adalah kelainan (disorder) yang ditandai dengan keengganan pengidapnya untuk membuang barang-barang yang tidak berguna. Akibatnya, barang-barang tersebut akan menumpuk dan terus menumpuk, di dalam gudang, ruang kamar, ruang keluarga, dapur, dsb. Gangguan mental ini biasanya diidap oleh orang dengan usia 50 tahun ke atas.

Pertama kali saya mengetahui tentang kelainan ini, adalah saat menonton sebuah episode di Oprah Winfrey show mengenai salah satu penderita OCHD. Sharyn, sang istri, memiliki kebiasaan untuk terus berbelanja pakaian, aksesoris, dst, dan menimbunnya. Sedangkan Marvin, sang suami, senang "mengoleksi" dokumen/kertas yang akhirnya hanya jadi tempat tumbuh kecoa. Secara keseluruhan, rumah mereka yang seluas 280 meter persegi, diisi oleh 75 ton sampah!

Yang membuat saya khawatir, kedua orang tua saya punya gejala yang sama.

Ayah saya misalnya, membuat sebuah rumah petak kecil di samping rumah utama yang bertahun-tahun setelahnya hanya dijadikan gudang yang isinya beraneka ragam mulai dari besi/baja bekas, kayu sisa, mainan anak-anak, sepeda, peralatan pertukangan yang sudah rusak, dsb. Ibu, punya banyak sekali lemari besar dan gantungan pakaian. Belum termasuk karpet, peralatan rumah tangga (yang tidak terpakai), kertas yang berlembar-lembar, tumpukan buku usang, dll.

Keterikatan yang terlalu kuat dengan barang-barang tersebut, bukan hanya membuat kesehatan rumah dipertanyakan, tapi juga soal keamanan. Siapa yang tahu, di balik tumpukan baju-baju yang tidak terpakai itu, ada ular, rayap, tikus, atau binatang kotor lainnya. Belum lagi kalau misalnya ada kebakaran, dan rumah terlalu sempit hanya untuk sekadar menyelamatkan diri. Kata-kata teman saya mungkin ada benarnya juga, "Siapa yang sibuk menimbun emas, suatu saat mati tertimbun emas"


***

Saya suka sekali cara stwn menggambarkan cara hidup kita sebagai "mode musafir". Tidak usah bawa terlalu banyak barang. Simpel. Cucok marukocodot cetar membahana bila digabungkan dengan mode minimalis dalam resolusi 2012. Saya pikir ini juga yang harus kita galakkan sebagai gaya hidup, karena kapitalisme justru lebih mudah menggerogoti orang-orang yang senang menumpuk harta. 

Cara untuk menghentikan OCHD atau gejalanya adalah, berhentilah menganggap semua hal itu penting. Ciri-ciri OCHD bukan hanya untuk barang-barang fisik, namun juga untuk barang-barang digital. 

Sejak memutuskan untuk mulai menghindari bajakan, hidup saya jauh lebih enteng. Harddisk tidak diisi dengan file-file yang tidak penting. Semua source code ditaruh di bitbucket, atau github. Berkas mp3 tidak ada. Film juga tidak. Foto-foto terintegrasi di picasa. Email hanya satu, di gmail, dan selalu tampak kosong. Dokumen penting masuk Google Drive. Apa lagi yang perlu dipikirkan?

Macbook Pro saya masuk bengkel sejak hari Kamis lalu. Sebagai gantinya, pabrik minjemin MBP keluaran tahun 2008. Tidak ada perpindahan berarti yang saya lakukan. Hanya tambahkan akun baru di MBP pabrik, pindahkan beberapa file konfigurasi, pull source code pekerjaan dari github. Boom. Hidup kembali seperti sedia kala (tm). Lagi-lagi mode musafir menyelamatkan saya.

Seperti kata Linus Torvalds, 
"Real men don't make backups. They just upload it via ftp and let the rest of the world mirror it ;)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me