Pertama, ada beberapa hal yang perlu disepakati bersama :
- Rizki kita sudah dijamin oleh Allah
- Dunia perlu, tapi bukan prioritas
Apakah dibenarkan bila kita harus habiskan lebih dari separuh hari, mengorbankan waktu belajar ilmu agama, lalai mendidik anak, atau lupa sekadar ngobrol dengan istri, agar dapat mencukupi kebutuhan hidup?
Muhammad bin Nashiruddin bekerja 3 jam sehari sebagai tukang reparasi jam, dan libur di Selasa serta Jumat, sisa waktu beliau dipakai untuk belajar hadits. Salman Al Farisi hidup hanya dengan 3 dirham sehari : sepertiga untuk hidup, sepertiga disedekahkan, dan sisanya untuk modal menganyam daun kurma untuk dijual kembali keesokan hari. Toh beliau sempet sempet aja tuh jadi gubernur Madinah?
Kita ini sudah terjebak dengan profesi yang parlente yang, sudahlah terlalu banyak makan waktu, tapi tetap saja harta kita nambahnya segitu-segitu sahaja. Kita tertipu dalam pola kerja 40 jam seminggu, tanggal 25 gajian, dan setahun sekali dapat THR. Inilah penyebab orang begitu pensiun langsung linglung, karena tiba-tiba makjleb tak ada kesibukan.
Usahawan sarang burung walet hanya panen 4 kali dalam setahun. Pengrajin songket butuh 3-4 bulan untuk menghasilkan sebuah kain berkualitas. Petani durian, pemanen madu hutan, penambang emas di Yukon, penulis novel, produser film, pencipta lagu, kurang lebih punya siklus kerja yang berbeda, dan gajian yang tidak bulanan. Lihat Raditya Dika, setahun nulis cuma dapet 1 buku / film, toh kalau mau beli rumah pake uang tunai.
Biarkan nurani kita mewawancarai hati kita sendiri, apakah jam kerja kita ini sudah penuh berkah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace