Bismillah
Posisi takbir, kedua tangan terangkat dengan muka tangan menghadap ke depan, adalah posisi perlambang kepasrahan diri. Penyerahan sepenuhnya. Di setiap permulaan sholat, kita melakukan ini. Tapi apa efeknya ketika sholat sudah selesai? Bukankah seharusnya "pendidikan singkat" ini, kita terapkan di luar sholat? Bukankah tawakkal setelah berusaha itu adalah keniscayaan? Tapi kita, seringnya, kurang mau bersyukur dan seolah enggan memindahtangankan urusan kita pada Yang Maha Besar.
Kita membayangkan kesenangan yang dipunyai orang lain, bahkan tanpa mengenal. Kita lihat artis, kepengen jadi artis juga. Cakep bin cantik, terkenal, banyak uang. Atau lebih tepatnya, kesannya seperti itu. Padahal sisi kelam artis banyak juga. Depresi, dempul rias yang tebalnya dua sentimeter, narkoba, kehidupan malam, perceraian, sampai sulitnya cari waktu untuk ibadah dan istirahat. Coba lihat acara langsung di TV ketika maghrib. Dan bayangkan, bagaimana cara mereka semua sholat dengan jatah waktu yang singkat, dengan tata rias yang bakal luntur ketika wudhu?
Setiap mengalami kesulitan, kita harus bayangkan kesulitan yg sama yg dimiliki orang, yang harus hidup di suasana perang. Misal kita lapar, bayangkan orang lapar di tengah dentuman bom. Saat kita kepanasan, kedinginan, merasa sendiri, tidak punya uang, dll, bayangkan beban yang sama yang dialami mereka, plus harus beradu takdir dengan lintasan peluru sejengkal dari telinga. Di situ kita bisa menyadari bahwa yang perlu kita syukuri ternyata amat banyak.
Kita ini kurang pasrah sama Allah.
Padahal kita ini hanyalah bidak-bidak catur yang tak bisa mundur. Terus maju, sampai dipromosikan maksimal jadi Ratu, Gajah, Kuda, atau Benteng. Atau malah harus mati sebagai pengorbanan untuk kemenangan.
Kita ini punya lakon yang harus dijalani, apapun itu, sesuai skenario Sang Maha Menyutradarai. Apakah itu jadi Pangeran tampan, jadi puteri cantik, jadi kodok, ataukah sekadar jadi pohon bisu. Lakoni peran kita dengan sebaik-baiknya peran.
Kita ini prajurit colet 1, siap tempur dan diperintah oleh Sang Maha Mengomando. Maju kena, mundur kena, ke samping mepet tembok. Hadapi dengan kepasrahan karena toh kita tak ingin hidup selamanya di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace