Alat Perang

Bismillah

MacBook Pro Late 2011, dengan nomor model MD313. Mesin ini (lebih suka saya sebut "alat perang") sudah dibeli dengan simbahan darah, kucuran keringat, dan tetesan air mata. Jadi izinkanlah saya bercerita.

Saya pertama kali melihat iklan MBP seken dari sebuah forum internet. Yang jual orang Surabaya. Bonus kantor katanya, belum pernah dipakai. Dengan harga yang lumayan miring, saya beranikan untuk bertanya dulu. Ternyata masih bisa nego, alhamdulillah. Saya katakan waktu itu, saya akan DP dulu, nanti sisanya akan saya bayar kemudian.

Namun ada masalah kecil, yah.. gak kecil-kecil amat sih. Saat itu, tengah tahun 2012. Saya sedang "bersemedi" di sebuah kos murah meriah di daerah Ulujami, dekat pesantren Darunnajah. Tanpa uang, tanpa pekerjaan. Layaknya pada umumnya orang yang sedang dalam keadaan butuh bantuan finansial, saya telpon kakak saya. Saya bilang, saya mau pinjam uang 6 juta rupiah. Masalah pertama (dan terutama) selesai.

Saya lalu menghubungi Mas Aswin, teman kos semasa masih kuliah dulu di Jogja. Beliau orang Surabaya asli, dan bersedia membantu untuk bertemu dengan penjual. Barang dilihat, sudah oke, deal terjadi, dan saya transfer sisa pembayarannya. Di sinilah skenario Allah mulai berjalan.

Waktu itu ada undangan teman kuliah yang akan menikah di Malang. Kok rasanya kebetulan sekali?

Jadilah perjalanan panjang dengan rencana rute Jakarta - Yogya - Solo - Karanganyar - Surabaya - Malang - Yogya - Jakarta, dimulai.

Jakarta - Jogja : kereta api, lanjut Pramex.
Jogja - Solo - Karanganyar : Pramex, dijemput di Balapan, lanjut naik motor ke rumah keluarga Bapak. Alhamdulillah bertemu dengan sepupu, pakde dan bude.
Karanganyar - Surabaya : naik bis Mira.
Surabaya - Malang : bis.
Malang - Yogya : bis.
Yogya - Jakarta: kereta api.

Di Surabaya saya sempat menginap juga semalam di rumah Mas Aswin. Setelah berterima kasih atas segala kebaikan keluarga beliau, saya izin pamit lanjut ke Malang dengan bis. Di terminal Malang, lebih tepatnya di musholla SPBU, sempat berkenalan dengan mahasiswa yang punya pengalaman bisnis dengan omzet puluhan juta sebulan, dan sempat ditipu dan rugi ratusan juta. Mantap sekali. Hla saya pengangguran, dek?

Jam 11 pagi itu kita berangkat sama-sama ke resepsi. Ternyata sudah disediakan tempat penginapan oleh yang empunya hajat. Beruntung sekali nasib hidupku ini.

Pas mau ke Yogyakarta, ternyata si Adyatma bawa mobil. Makin hoki nih, nggak perlu bayar bis lagi. Sempat menginap (lebih tepatnya, ketiduran) di rumah Pras dari pagi hingga sore. Padahal kereta berangkat jam 19:20. Tapi, di Jogja, ngumpulin orang lebih gampang dibanding Jakarta. "Lagi kumpul di Semesta, buat yang bisa langsung aja ya.." dan 10 menit kemudian sudah haha-hihi.

Si Afi pake acara salah stasiun, ternyata berangkat dari Lempuyangan. Langsung kebut, alhamdulillah terkejar. Sudah menunggu juga tokoh baru kita, si Apriez, yang beli tiket keretanya Kresna.


***

Dalam setiap pembelian alat perang, ada cerita bin obrolan. Ada cengkerama dan persahabatan. Ada kesabaran dalam penantian dan perjalanan. Ada perjumpaan dengan orang-orang baru. Ada sedikit kecemasan, ada rasa syukur. Ada janji. Ada perjuangan, ada rasa kantuk dan leher pegal. Ada kebaikan manusia. Ada proses panjang nan tertatih-tatih (terutama untuk membayar hutang ke kakak).

Ketika itu, dalam keadaan hina dina tak punya apa-apa, saya berikrar dan berdoa sepanjang jalan, bahwa dengan pembelian alat perang ini, semoga menjadi berkah dan modal menjadi orang yang jauh lebih bermanfaat. Tak terasa sudah 5 tahun lamanya. Sudah ada upgrade memori dan media simpan SSD. Alhamdulillah. Semoga terus memberi manfaat. Tidak hanya sekadar untuk main Dota.

Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me