Bismillah
Kita sering melihat jalan yang dilalui orang lain. Kadang terlihat lebih berliku, tidak nyaman, banyak hambatan, tentu ini relatif dibandingkan dengan jalan yang kita lalui. Jalan kita mulus, ora gerunjel-gerunjel. Kita pun (sepatutnya) merasa bersyukur.
Dalam hidup pun demikian. Kadang kita melihat ada orang terjebak hutang yang sedemikian besar. Mungkin berurusan dengan plokis atawa bui. Ada pula yang keluarganya berantakan. Orang tua berpisah. Anak-anak terlantar. Boleh jadi pula karena narkoba. Intinya ya kusut lah begitu.
Siapapun tidak menghendaki jalan abnormal. Semuanya ingin lancar. Secara finansial stabil, walau ndak usah tajir-tajir amat lah. Anak-anak tumbuh penuh kebaikan, pagi sekolah, siang tidur, sore TPA, dan kalau sudah Dunia Dalam Berita tidur. Keluarga akur semua, minimal arisan kumpul sebulan sekali.
Kita pun sesekali harus menempatkan diri ini, bersudut pandang, sebagai orang di seberang sana. Sebagai orang yang sedang mengalami kepayahan berperjalanan. Tanyakan benar-benar, apakah orang-orang itu, dengan sengaja dan sadar, berniat menjalani jalan yang berliku lagi susah bin ribet sedemikian? Tentu tidak (kan sudah saya kasih kombantrin).
Tentu semuanya ingin, paling minimal, kalau jalan tidak nyasar. Namun hidup tak selalu seperti apa yang kita ingini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace