Mengingat Kematian

Bismillah

Kata Rasul, orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu bin senantiasa, sepanjang waktu, mengingat bahwa semua makhluk akan merasakan kematian. Ianya bisa datang kapan saja, kepada siapa saja, dalam keadaan yang bagaimanapun jua. Entah terbaring sakit di tempat tidur, dalam medan perang, hingga yang berusaha berpaling dengan masuk bunker paling dalam sekalipun.

Salah satu yang membuat kematian spesial adalah waktunya yang tanpa sangka tak diduga. Kalau saja, sekali lagi, kalau saja kematian itu terjadwal, maka sepilah neraka. Karena sehari sebelum kematiannya, si calon mati bakal tobat setobat-tobatnya. Kalau perlu orang 1 gerbong KRL disalamin satu-satu, tak lupa pakai cium tangan. Uang di kantong habis disedekahkan, tanpa meninggalkan apapun buat keluarga. Sholatnya sholat terbaik, semua sunnah dikerjakan.

Nyatanya tak demikian, mati mengincar siapa saja tanpa mengetuk pintu. Tanpa jeda. Kita tak tahu, ciuman di kening istri pagi sebelum berangkat ke pabrik, adalah ciuman yang terakhir. Lambaian tangan pada segenap anak-anak, adalah lambaian terakhir. Senyum pada tetangga, senyum terakhir. Sholat shubuh kita tadi, adalah sholat kita yang terakhir. Bahkan segelas air putih yang masuk seteguk ke tubuh ini, adalah tegukan yang terakhir.

Kembali lagi ke hadits Nabi Sholallahu 'alaihi wassalaam di atas, maka hanya orang dungu saja yang ketika ia tahu bahwa kematian itu begitu dekat, tapi masih berleha-leha. Ibaratnya, sudah tahu bahwa besok ia punya ujian maha dahsyat, tapi malam ini masih maen PS.

Mari menjadi pribadi cerdas, yang memaknai kematian selayaknya perpisahan selama-lamanya dengan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me