Meniti Jembatan Menuju Kematian

Bismillah.

Masing-masing kita sedang meniti jembatan panjang yang sama. Ujungnya sama. Di bawah sana, sama. Sama-sama menuju ke kematian. Ada yang baru selangkah, terjungkal. Tak sedikit yang sudah separuh jalan, gagal. Ada yg selangkah lagi sampai di ujung, terselip dan jatuh.

Adalah sebuah kesalahkaprahan, ketika menganggap ujung dari jembatan ini ialah keabadian. Berharap bahwa selamanya akan hidup berlama-lama. Yang membedakan tinggal niat dan cara kita meniti jembatan ini. Terus melangkah, dengan berpatokan pada ketentuanNya. Kita sama-sama tak tahu, di bagian jembatan yg mana kita tersandung dan ditakdirkan mati. Susuri saja terus dengan hati-hati.

Seperti quote-nya Mas Stwn:
Tujuan kita bukan mencapai garis finish, tapi mati saat berusaha mencapainya.
Sekelas Rasulullah ﷺ saja saat meninggal, menahan rasa sakit yang luar biasa. Jika waktu kita tiba, akankah kita kuat menahan rasa sakit ketika malaikat mencabut ruh dari ubun-ubun? Siapkah kita meninggalkan hal-hal nirfaedah yang selama ini kita usahakan?

Saat ujung jembatan rasanya sudah dekat sekali, dan hari-hari kita di dunia tak akan lama, apakah kita masih peduli dengan portfolio saham, buku tabungan, potential business clients, jabatan dan penghargaan, setumpuk pakaian di lemari, isi garasi, rumah mewah, koleksi jam tangan, bahkan mungkin keluarga kita sendiri?

Steve Jobs, punya pendapat tentang ini.
For the past 33 years, I have looked in the mirror every morning and asked myself: 'If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today? ' And whenever the answer has been 'No' for too many days in a row, I know I need to change something.
Dia tak percaya Tuhan (di banyak literasi dia cenderung atheist daripada punya satu agama tertentu), apalagi afterlife. Bagi dia, mati ya mati saja, ndak ada sambungannya alam kubur sampai surga-neraka. Tapi coba perhatikan, “Jika ini adalah hari terakhirku…”

Kita, percaya Allah, mengimani adanya Hari Akhir, mengapa bisa merasa kita akan hidup selamanya?

Bisa jadi ini adalah saat yang tepat untuk kita semua introspeksi diri. Memohon maaf kepada semua orang. Keluarga, teman, tetangga, siapapun. Mempersiapkan lubang kubur kita sendiri. Memakai pakaian terakhir. Menjauhi kerumunan dan hiruk pikuk dunia, lalu mulai mendekat kepadaNya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me