Biaya Nikah - Bagian 2

Bismillah.

Sering kali, karena pemikiran kita terlalu anti-mainstream, melawan arus, dan tidak sejalan dengan opini publik kebanyakan, perlu waktu lebih dari satu generasi untuk sekadar timbul. Ini tentu hal yang wajar.

Banyak sekali pencapaian orang-orang besar bagi dunia ini, dimulai dari pertentangan luar biasa. Mulai dari keluarga, teman, saudara, tetangga, bahkan seantero negeri. Semuanya menolak. Tidak sepakat. Misalnya, Galileo yang katanya dihukum gantung karena percaya paham heliosentris. Paham tersebut bertentangan dengan paham gereja Katolik yang geosentris.

Terlepas dari benar tidaknya sebuah pandangan, memang agak sulit kalau sudah terlanjur beredar pandangan lain yang berlawanan, yang mendarah daging sejak lama sebelumnya. Contohnya ya soal resepsi nikahan.

Kalau sekarang ini pandangan kita tentang resepsi yang sederhana nan bersahaja itu masih sulit diterima (baik keluarga ataupun masyarakat), tidak apa-apa. Mungkin di era anak kita nanti, sudah tak zaman lagi resepsi dengan boros. Kalaupun bukan di era anak kita, di era cucu kita. Terus begitu, mungkin hingga ratusan tahun lagi.

Biaya nikah itu harusnya nggak mahal. Yang mahal gengsinya. Takut diomonginnya. Nafsu untuk dipuji. Itu semua mahal.

Kita pro dengan resepsi sederhana, eh calonnya nggak. Kedua calon mempelai sudah oke, eh keluarganya enggak. Selalu ada hal yang susah buat dikemukakan. Tapi jangan menyerah, karena kombinasi kedua calon mempelai, dan keluarga yang pro dengan resepsi sederhana, insya Allah akan ada.

Mereka lalu punya anak, yang diberi pemahaman tentang berhemat dalam merayakan pesta sedari kecil. Lalu anak ini pun ketemu dengan anak lain yang keluarganya juga pro pendapat itu. Mereka punya anak lagi, dan terus seperti itu. Sehingga lama kelamaan orang akan sadar, bahwa pandangan ini bukan pandangan yang keliru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me