Nihongo

Bismillah.

Dulu waktu kuliah, seperti pada umumnya teman-teman seangkatan yang tertarik pada hal-hal berbau Jepang, pada akhirnya memutuskan untuk belajar bahasanya. Motivasi paling utama ya supaya bisa kuliah ke sana. Cari beasiswa. Keinginan kuat ini berujung pada semangat kursus di salah satu lembaga bahasa Jepang di Yogyakarta.

Teman-teman baru. Lingkungan yang menyenangkan. Sensei yang baik hati. Semua serba kondusif. Bahkan sampai ada momen unik. Ceritanya waktu itu kami shiken (test). Terus mati listrik. Sudah jam 5 sore. Gelap kalau di dalam ruangan. Karena ribet harus cari lampu atau lilin, dan waktu pun tinggal beberapa menit lagi, akhirnya kami terpaksa ujian di luar kelas (biar terang gitu maksudnya). Perdjoeangan.

"Ya Allah, harus banget mirip di manga, yak?"

Keinginan pergi ke Jepang meluntur seiring waktu, karena tak bersemangat mencari beasiswa lagi.

Jadi teringat percakapan dengan Mbak Vivi, salah satu sensei kami yang pernah ke Jepang.

"Mbak, pengen ke Jepang lagi?"
"Nggak"
"Hlo, kenapa?"
"Hmmm... Nggak aja," jawabnya sambil senyum-senyum.

Mbak Vivi ini orangnya periang, dan super sabar. Tidak pernah sekalipun menampakkan raut wajah sedih. Tapi, pertanyaan itu masih menjadi misteri. Tanpa jawab. Sampai sekarang. Bahkan, sampai kapanpun.

Mbak Vivi meninggal dunia tak lama setelah kami naik ke level 3.

Selamat jalan, Sensei..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me