Bismillah.
Kalau tak salah ingat, dulu saya mendapat uang jajan sebesar Rp3.000 per bulan saat SD. Sebagai gambaran, dahulu harga gorengan masih berkisar Rp200. Atau kalau kita mau pakai konversi emas di tahun 1997 yang sebesar Rp27.000, berarti menjadi Rp104.000 per bulan di saat ini. Harga gorengan saat ini Rp1.000.
Dahulu saya bisa mendapat 15 gorengan sebulan. Sekarang, hanya bisa 10 gorengan saja. Apakah berarti dahulu uang jajan saya banyak? Sepertinya tidak demikian. Konversi ke nilai emas seperti contoh di atas, masih harus divalidasi.
Yang jelas, dahulu waktu kecil kami jarang sekali jajan. Masih populer frasa "menabung". Harus bisa hemat agar kebutuhan lainnya seperti buku atau alat tulis masih bisa dijangkau. Di fase SD ini juga saya mulai belajar berjualan. Mengenal transaksi. Berdagang es batu.
Boleh jadi ada kerusakan psikologi dan mental karena di masa kecil kita tidak sering jajan. Melihat teman yang leluasa ke kantin dan makan dengan lahap. Punya mainan mamang-mamang. Ada keinginan, di saat dewasa, saat sudah punya penghasilan, untuk menikmati jajanan anak sekolah. Itulah mungkin mengapa saat menjemput anak di sekolahnya, kami mampir di warung sekolah.
Kadar kebahagiaan memang sulit diukur. Harus ada penelitian khususnya, apakah anak yang punya uang jajan cukup akan punya resiko lebih rendah terkena inferioritas kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace