Kemapanan dan Gengsi

Bismillah

Tidak habis pikir, mengapa ada banyak sekali orang yang penghasilannya pas-pasan, tapi gaya hidupnya naujubilah. Makan di restoran mahal, ke mall belanja-belanji, pakaian branded, gadget, dan kesemuanya itu dimaktubkan ke dalam sosial media. Ya narsis biar dilihat orang terus dibilang tajir aja kali ya? Terus terang saya termasuk gembel baik dari segi keuangan maupun penampilan yang kurang suka dengan hal-hal berbau gengsi.

Karena gengsi, orang bisa punya hutang konsumtif. Hutang kok untuk beli gadget mahal. Berani kredit mobil mewah, tapi rumah masih ngekos sempit panas banyak nyamuk. Ngakunya hidup susah buat sekolah anak nggak ada biaya, tapi tiap hari ngerokok habis sebungkus. Tiap hari Foursquare update tempat makan ngetop, tapi isi Twitter ngeluh ngebandingin gaji dengan juru parkir atau pengamen.

Mungkin didasari karena pengetahuan yang minim tentang pengelolaan keuangan, atau memang karakteristik orangnya yang suka glamor aja kali ya. Masak iya kerja bertahun-tahun nggak ada kelihatan apa-apa?

Orang-orang yang saya kenal berhasil di bisnis (rata-rata umurnya 40-50), sering bercerita bagaimana susahnya mereka ketika masih muda. Naik kapal demi menghemat duit tiket. Makan masak sendiri. Baju beli di pasar kaget, itupun nawarnya sampe nyembah-nyembah. Kalau ada rejeki lebih dibeliin emas atau ditabung. Nyicil beli tanah. Ngangkot aja daripada naksi, biarin keringetan itung-itung sauna gratis. Lihat keadaan mereka sekarang, mapan ya benar-benar mapan. Bukan mapan pura-pura alias pura-pura mapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me