Biliar

Bismillah

Seingat saya, dulu masih populer meja biliar dengan koin. Per sekali main dihargai seribu rupiah. Mungkin sekarang sudah jarang karena waktu berlalu, masa berganti, dan zaman berubah. Tulisan ini akan mencoba untuk mengupas dua topik utama seputar olahraga ini.

Konotasi negatif tentang biliar

Ane cerita dengan bini, kalau orang sepabrik akan kumpul buat makan-makan, sambil main biliar. "Hati-hati, di tempat biliar banyak cewek..." kurang lebih pesannya begitu. Hla, kan lebih banyak ketemu cewek justru di KRL daripada di tempat biliar? Tapi ya sudahlah, ngerti sih maksudnya pesan itu = "Mas jangan khilaf dengan nepok pantat mbak-mbaknya yang pake hotpants".

Rokok, bir, perjudian, kehidupan malam, mafia / gangster, dan perkelahian. Ayo kita bahas satu-satu aku sayang ibu, dua-dua juga sayang kamu.

Asap rokok memang menjadi penghias meja biliar, namun itu karena main biliar memang butuh mikir dan ada momen nunggunya, dan kalau orangnya memang perokok dia pasti sambil merokok. Pada kenyataannya, kalau dihitung secara survey malaiholo, mungkin hanya separuhnya yang merokok. Sisanya, minum bir. Hahaha.

Soal perjudian, memang benar sejak dahulu meja biliar sering dijadikan ajang bertaruh uang. Dan konotasi negatif tersebut melekat hingga saat ini. Si Bayu cerita, ada player ada gambler. Jadi orang yang jago main biliar itu belum tentu menang kalau diajakin judi. Sedangkan orang yang maniak judi, nggak perlu pinter-pinter amat maen biliar. Ane sampai sekarang masih gak paham dan mencoba mencerna quote si Bayu. Mungkin karena hidup ane belum sekelam hidupnya dia. Hahaha.

Arena bermain biliar memang sering diidentikkan dengan kehidupan malam. Karena kalau meja biliar bukanya siang, paling yang main Om-om pengangguran atau pelajar yang bolos sekolah. Mungkin maksud dari "kehidupan malam" ini pun beragam, mulai dari wanita tuna susila, penari seksi, atau yang satu spesies dengannya.

Soal sarang mafia, gangster, penjahat, dan perkelahian, ane tanya ke juragan pabrik. Beliau sempat tinggal lama di US.

"Pak, emang kalau di Amerika, kenapa orang suka ribut di deket-deket meja biliar?"
"That only happens in the movies, Bo.."

Nah looo...

Biliar sebagai olahraga

Tak adil rasanya kalau kita melihat biliar hanya dari sisi jeleknya sahaja. Faktanya, biliar itu menjadi olahraga yang diikutsertakan di olimpiade. Di dalamnya ada semangat berkompetisi untuk menjadi citius, altius, fortius. Dan perlu diakui bahwa olahraga ini memerlukan otak (strategi, perhitungan, skill, ilmu matematika-fisika / momentum / kekekalan energi) dan otot (stamina, daya tahan, kekuatan). Ya kadang tambah sedikit keberuntungan.

Sila tonton video berikut ini untuk mengetahui teknis bermain biliar, cukup 10 menit.


Dari biliar kita juga belajar banyak hal. Berlatih untuk sabar, tenang berkonsentrasi, kalem bertindak, berpikir sebelum nyodok, menghitung semua kemungkinan yang terjadi, membayangkan masa depan. Nilai-nilai filosofis ini bermanfaat juga dalam menjalani kehidupan.

Kata Bang Yosep dan Bung Zibar, hidup itu seperti main biliar, jangan menyerah kalau 1 lubang tertutup, masih ada 5 lubang lainnya. Ahsek..

Lalu, bagaimana melepaskan stigma negatif pada biliar? Menurut ane sih ada dua hal : cari arena bermain yang ramah keluarga (ada beberapa kalau mau cari), atau beli meja biliar sendiri dan main di rumah. Meja itu ada ragamnya, dari yang bagus (baca: mahal, bisa 20 jutaan) sampai yang biasa-biasa aja (4-5 juta seken).

Pernah juga ditawarin sama temen, Rp 700ribu. Dia bikin sendiri pakai triplek, karet dari ban bekas untuk tepi meja, dan karpet ijo yang biasanya dipake di masjid. Kalau bisa jangan yang gini gini amat lah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me