Bismillah
Apa sebab orang Indonesia jarang menulis? Mungkin jawabannya karena jarang membaca. Tidak tahu apa yang mau ditulis karena isi kepala jarang diinput dengan pengetahuan. Ide tak tumbuh. Buntu. Inilah salah satu sebab jika orang skripsinya tak selesai-selesai, disarankan pergi ke perpustakaan dan banyak baca karya orang lain.
Bentuk tulisan pun beragam, ada yang khas akademisi seperti karya tulis ilmiah, jurnal, dll, sampai dengan yang tak berbentuk seperti curhatan di FaceBook atau adu mulut di Twitter.
Cara menulis pun beragam. Kita dulu mengenal jurnal pribadi alias buku harian. Bentuknya kumpulan kertas bergaris yang harus ditulis dengan pena bertinta basah-basah ah ah ah. Cara lain dengan mengetik. Mengetik ini pun beragam, mulai dari memakai mesin tik tradisional, menggunakan gawai, atau dengan papan ketik / komputer.
Terlepas dari berbagai macam cara orang menyusun kalimat merangkai kata, sebetulnya banyak sekali alasan untuk menulis. "Menulis adalah menuangkan kegelisahan," kata Raditya Dika. "The first key of writing is to write, not to think. You write your first draft with your heart, and rewrite with your brain" kalau kata film Finding Forrester. Ini film bagus sekali buat yang malas menulis.
Menulis apa saja yang terlintas di dalam kepala. Mengalir. Tanpa jeda. Seperti tulisan ini, yang sekadar jadi pembayar hutang 2 postingan sebulan lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace