Karhutla dan Industri Kelapa Sawit

Bismillah

Ini adalah masalah di kampung ane sejak puluhan tahun lalu. Tepatnya, sejak industri kelapa sawit merambah hutan-hutan pedalaman dan mengubah lahan perawan Borneo menjadi pundi uang. Lebih mengerucut, terjadi sekitar 1990 hingga 2018 silam. Tahukah kita bahwa industri kelapa sawit melahirkan masalah baru bagi lingkungan, seperti hilangnya habitat asli orangutan, sampai masalah yang baru ini populer: kabut asap.

Istilah "karhutla" sebetulnya perlu dikoreksi karena merupakan pembelokan opini dan penggiringan menuju istilah yang salah kaprah. "Kebakaran" diimbuhi "ke-an" mungkin supaya dinilai bahwa yang terjadi adalah "sesuatu yang tidak disengaja, tak diinginkan". Tentu ini adalah pendunguan publik. Anggapan publik akan mengira bahwa tidak ada unsur manusia di situ, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.

Puluhan ribu titik api, tercipta dengan kesengajaan para pelaku bisnis crude palm oil, demi plantasi berikutnya. Mengapa harus dibakar? Karena cara ini adalah cara yang paling murah untuk membuka lahan baru. Keserakahanlah yang memicu semua bencana ini timbul, bukan ketidaksengajaan. Diperkirakan 35 juta ton dari 65 juta ton produksi CPO dunia, pada tahun 2017 silam, berasal dari Indonesia. Coba bayangkan ada berapa gunung uang yang tercipta dari 1 macam industri ini saja?

CPO menjadi bahan dasar banyak bahan baku lainnya. Mulai dari minyak goreng, kosmetik, sampo/sabun, pelembab, dan es krim. Ini adalah minyak sayur paling murah yang menjadi seberharga minyak bumi. Palm tree atau pohon sawit ini hanya bisa tumbuh di negara dengan iklim tropis, seperti Indonesia dan Malaysia. Lambat laun, industri ini semakin mengerikan karena perusahaan perkebunan kelapa sawit hampir melakukan segala macam cara untuk menghasilkan sebanyak mungkin ekstrak buah sawit.

Sebetulnya agak miris jika melihat orang-orang melaksanakan sholat istisqo, karena sekian persen dari orang-orang tersebut pasti bersinggungan dengan industri ini. Kehadiran hati di sholat istisqo pun tak 100 persen. Di satu sisi minta hujan turun, tapi di sisi lain masih saja buka lahan dengan nyuruh orang buat bakar-bakar.

Sampai capek luar biasa pun, perkara ini akan berlalu begitu saja. Media dibungkam, atau setidaknya disuruh untuk memberitakan yang baik-baik saja. Yang kita lawan mungkin para pengikut Dajjal, yang sudah buta mata dan hatinya pada puluhan ribu jiwa yang terserang ISPA, balita yang tak mampu menahan sesaknya udara, para ibu yang menangis, sekolah-sekolah yang terpaksa diliburkan, jadwal penerbangan yang terganggu, terlebih keluhan dari negara jiran seperti Singapura dan Malaysia.

Cuma lewat tulisan tanpa nyali ini saya titipkan doa, agar Tuhan Menyertai orang-orang yang bersabar. Orang-orang yang senantiasa kena pendunguan massal. Semoga Allah Menghadirkan solusi, dengan berbagai caraNya untuk menyelamatkan kita semua. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me