Bismillah
Waktu bersama anak (dan istri) yang semakin berkurang, itu terasa dan ditandai dengan tiba-tiba anak sudah memiliki skill tambahan yang, walaupun tak begitu berfaedah bin sepele, kita nggak ngerti progress-nya. Tiba-tiba saja begitulah. Misal, anak sudah bisa naik sepeda, sudah bisa baca quran, sudah bisa nyanyi lancar, atau apapun itulah. Eh, anak bisa naik sepeda, emang siapa yang ngajarin? Masak tetangga?
Demikian pula istri. Tiba-tiba tanpa terasa kok saldo istri lebih banyak dari kita, emang siapa yang transfer? Jangan bilang tetangga lagi.. Oh, ternyata bisnis online istri lumayan, jadinya duitnya muter lebih kenceng dari gaji kita yang kerasanya sebentar, macam kentut lewat. Kan miris rasanya, harusnya kepala keluarga sebagai pencari nafkah punya duit yang lebih banyak. Judulnya saja "pencari nafkah"?
Untuk mengakali kebersamaan yang pudar, biasanya pakai trik klasik: mengikutsertakan anak dan istri di aktivitas kita. Cuci motor, anak disuruh pegang lap dan sabun. Beres-beres rumah, anak disuruh bantuin beresin mainannya. Ke masjid, anak diajak. Ya walau akhirnya anak jadi sakit karena mungkin berinteraksi dengan orang-orang yang kemungkinan sedang sakit juga.
Alhamdulillah istri bukan pekerja kantoran. Kami memang sepakat (lebih tepatnya, ane memaksakan) agar istri di rumah saja. Kalaupun "bekerja", jangan sampai menghabiskan waktu terlalu banyak yang efeknya anak jadi terlantar. Ada keluarga, istrinya kerja sehingga sang ayah harus bayar pengasuh anak. Gaji istri sejuta, bayar pengasuh 1.5 juta. Jadi tiap bulan tekor gopekceng, dong?
Semoga ane kuat cari duit sendiri, supaya istri fokus di rumah saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace