Work from Home

Bismillah.

Qodarullah. Semua wabah virus membuat kebanyakan kita bekerja dari rumah, karena terpaksa. Transportasi yang tertinggal untuk berangkat ke pabrik hanya kereta. Untuk bis trans Jabodetabek, sudah tidak beroperasi. Ojek online juga semakin sepi, dan mahal. Ini semua menjadi pengingat bahwa titian jalan menuju kematian bisa diarungi oleh siapa saja. Padahal virus ini ukurannya tak kasat mata. Maha Besar sekali Allah.

Keadaan ekonomi dipastikan akan lumpuh selama beberapa waktu. Harga saham sudah mulai menurun drastis. Banyak orang panik, dengan menimbun makanan jika terjadi hal yang mirip dengan krissi tahun 1998. Harga beberapa jenis barang mulai meroket. Yang kasihan adalah orang-orang yang penghasilannya ditentukan dari hari-harinya. Pedagang di pasar, juru mudi, bahkan guru honorer yang gajinya ditentukan oleh jam mengajar, semua berteriak.

Ane pribadi masih waspada dan bersyukur. Waspada: tidak pergi ke luar rumah jika tidak benar-benar diperlukan. Kalau pulang langsung cuci tangan, pakaian dimasukkan ke mesin cuci, dan mandi. Ini juga karena kasihan dengan istri dan anak. Mungkin kalau masih single hitungannya lain. Bersyukur: kami masih diberi kesempatan untuk berkumpul, masih diberi kesehatan, dan insya Allah masih diberi kecukupan.

Kalau dipikir, keadaan "terkungkung" seperti ini apakah juga dirasakan oleh:

  • orang yang sakit di rumah sakit, yang secara fisik sebetulnya terlihat baik-baik saja, tapi karena keharusan dokter terpaksa hidup dalam kamar dengan dinding penuh nuansa putih pucat.
  • orang yang umurnya sudah sedemikian tua namun aktivitasnya terbatas seputar tempat tidur - masjid - kamar mandi, sehingga harapan orang tersebut bukanlah "panjang umur" namun bagaimana caranya agar cepat sampai di surga.
  • orang-orang di dalam bui yang walaupun dilengkapi fasilitas segala rupa, tetap tak akan pernah bisa hidup di luar dinding penjara.
  • orang yang tinggal di dalam istana megah, namun karena statusnya adalah anak raja, maka tak boleh bersosialisasi dengan orang-orang berdarah merah biasa.
  • dll.
Daftar di atas bisa semakin panjang tergantung konteks. Jujur, terkadang bekerja hanya dengan duduk berjam-jam di depan laptop bisa bikin "sakit jiwa" juga. Tidak bicara dengan orang, tidak melihat sinar matahari, ditambah mata yang berkunang terlalu lama. Belum lagi masalah 'eksternal' lainnya seperti anggota keluarga yang menyuruh ke warung, elpiji yang habis, atau tetangga yang berisik. Mungkin profesi paling cocok dengan gaya hidup seperti di atas adalah penulis kisah misteri yang pelakunya adalah psikopat.

Ane yakin tak semua orang bisa dengan mudah beradaptasi. Tapi, di keadaan sesulit ini, kita tak seharusnya mengeluh. Semoga keadaan cepat menjadi lebih baik. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me