Ignoring Negativity

Bismillah.

Orang miskin itu dia kemungkinan hidupnya banyak negativity. Di saat terhimpit, orang akan jadi jauh lebih sulit untuk mikir rasional. Amat sangat wajar apabila jadi emosian dan cenderung memakai cara apa saja dalam meraih sesuatu. Nah, behavior semacam ini sebetulnya menular. Bukan state miskinnya ya, yang menular, tapi pesimisme dan cara pandangnya.

Orang tajir, dia juga punya cara pandang sendiri. Dia misal mau meeting udah pasti deal IDR 1 bio. Terus di jalan entah ada begal atau disemprit plokis, nyerempet ojek, or else, intinya nyangkut. Dia daripada kehilangan IDR 1 bio, dia mending hilang duit lebih sedikit buat "memuluskan" jalannya yang bakalan dapet IDR 1 bio. Dia berusaha mengabaikan hal-hal negatif.

Kita seharusnya belajar juga. Untuk tidak mengeluh, untuk tidak terlalu fokus pada kelemahan dan nasib kurang baik, dan hal-hal setipe. Naik ojek online misalnya, kan kadang dapetin curhat abang-abangnya, nah itu jangan didengarkan 100 persen. Iyain aja. Kalau kita ikutan nimbrung, maka energi kita itu bisa habis karena alam bawah sadar pikiran kita ikutan masuk dalam ruang beraura negatif milik orang lain. Eh, ini bukan mendiskreditkan ya? Cuma cari contoh yang deket-deket. Sebetulnya banyak contoh lain.

Kemiskinan adalah akumulasi keputusan finansial yang kurang tepat. Tapi keputusan itu juga akumulasi dari hal-hal yang beraura negatif.

Mungkin ya, itu kan menurut ane doang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me