Bismillah.
Kita merasakan menjadi orang tua saat memiliki anak. Tapi menjadi orang tua tentu berbeda dengan menjadi orang yang sudah tua. Tua sifatnya relativitas. Tua bukan angka bin usia. Saat kita menjadi orang tua, tentu kita tidak bisa menyalip dan merasakan ketuaan orang tua kita.
Benar bahwa selisih umur kita dengan orang tua mungkin sama dengan selisih umur kita dengan anak. Tapi gap 20-30 tahun itu terlampau jauh.
Zaman berubah. Era berganti. Superioritas kita pada anak berbeda. Issue yang muncul di kehidupan saat ini, belum tentu bisa diselesaikan dengan solusi dari puluhan tahun lalu. Dan tiap generasi tidak bisa memaksakan cara penyelesaian masalah versi masing-masing kepada generasi yang berbeda.
Beberapa hal "kecil" mungkin bisa jadi contoh.
Ayah dan Ibu saya tidak memaksimalkan mesin cuci. Mereka masih berpikir jika pakaian mesti dikucek dan dibilas dengan tangan agar "lebih bersih". Ibu membilas menghabiskan air berember-ember untuk 2-3 kali proses bilas tambahan. Ayah masih menggunakan merek pemutih berbentuk serbuk berwarna biru.
Mereka berdua masih menyimpan begitu banyak barang. Misal, pakaian. Tak tahu apakah ini termasuk hoarding disorder. Lemari yang sudah banyak sekali pun tidak muat menampung semuanya. Pakaian harian Ayah bahkan ditaruh begitu saja di atas sebuah kardus. Isi kardusnya? Ya pakaian juga.
Soal mencuci dan pakaian, hanyalah sebagian dari beberapa contoh betapa ada banyak sekali hal yang tak kita pahami dari orang tua kita, bahkan ketika kita sudah bertahun-tahun menjadi orang tua dari anak kita.
Dan kondisi ini berlaku juga dari anak kita ke kita. Mungkin sekarang kita tak paham mengapa Tik Tok begitu populer. Lihat nanti belasan tahun ke depan. Akan ada lebih banyak lagi yang tak kita pahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace