Jangan Sakiti Aku, Mas

Bismillah.

Saya meyakini bahwa otak manusia itu sangat hebat. Dengan segala yang mampu kita pikirkan, kita sudah bisa bertahan hidup dan berpopulasi hingga 7 milyar. Dan saya meyakini pula, bahwa ada kaitan erat antara pikiran yang sehat dengan kondisi fisik tubuh. Sehat mental, akan cenderung membuat badan yang sehat. Setidaknya itu yang pernah (kira-kira) ditulis oleh Charles Goodstein, seorang Doktor yang April lalu meninggal karena komplikasi penyakit dan Kopit-19.

Beliau bilang, ketika pikiran kita cenderung stress atau depresi, maka kinerja hormon dan imunitas tubuh bisa tidak seimbang. Akibatnya, fisik menjadi lemah, nafsu makan terganggu, pencernaan bermasalah, dan berbagai penyakit lainnya pun berdatangan. Walaupun pasien tidak merasa atau tidak mengaku sedang depresi.

Oke, sampai di sini, mudah-mudahan setuju pernyataan di atas. Kalau belum sepakat, silakan berhenti baca.

Kalau dilihat dari situs WHO, di 2016, penyebab kematian nomor 1 adalah penyakit yang berkaitan dengan jantung (tertulis ischaemic heart disease and stroke). Tapi, persepsi orang sepertinya masih biasa saja kalau dengar ada orang meninggal karena sakit jantung. Lebih seru kalau bahas orang meninggal karena Kopit. Lebih gossipable gitu loh. Fatality rate Kopit padahal kisaran ~3 persen saja (1.14 juta kematian per 43,4 juta kasus). Kenapa televisi, berita, media sosial, fokus pada Kopit saja?

Jawabannya sederhana. Berita mana yang mau ditonton orang, yang lebih banyak mendatangkan uang dan iklan, itulah yang beredar. Fear-mongering.

Kita bahas hal lain. Anggaran pemasaran rokok, sebagai salah satu penyebab sakit jantung, tidak pernah dilampaui Kementerian X. Narasinya, alih-alih "menyehatkan semua orang", malah "silakan sakit apapun, kami punya obat dan solusinya (tapi bayar, ya)". Vicious cycle.

Analogi yang sama bisa kita lihat juga di "industri" lain (selain kesehatan).
  • Silakan bayar premi, kami tanggung kalau rumah Anda terbakar.
  • Silakan berbuat jahat, kami punya institusi yang akan memisahkan orang jahat dan orang baik.
  • Silakan beli batu bara kami, tiap tahun program CSR kami bikin hutan baru.
Hlo kok, dibuat muter-muter seperti itu?

Yang saya pikirkan :
  • Dunia butuh tetap berputar, dan setiap orang masih punya pekerjaan.
  • Uang harus beredar dengan cara yang tidak sepenuhnya kita pahami.
Kemanusiaan?

Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada segenap tenaga medis. Silakan katakan itu pada pasien yang kelas sosialnya terlihat dari pilihan kelasnya di Rumah Sakit. Apakah RS akan tetap dibuka bila bukan karena motif bisnis? Apakah punya jawaban mengapa pasien dengan gejala penyakit A berakhir sekian hari di kamar inap dan harus menjalani operasi penyakit B?

Absurd bin kurang bisa masuk nalar.

Kembali lagi ke paragraf awal, saya beranggapan kita ini kalau mau sehat, selain ikhtiar maksimal, ya kudunya pikirannya jangan yang berat-berat. Jangan sering-sering lihat berita samar, rumor, kabar burung. Banyak-banyak berpikir positif. Maafkan kesalahan manusia. Maklumi masa lalu. Tersenyum tanpa harus ada sebab. Jalin silaturahim.

Sama satu lagi. Gak usah nonton TV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me