Being a Herald Player

Bismillah.

Jika ada banyak pertanyaan sensitif yang tak boleh diajukan pada seorang perempuan, semisal berat badan atau usia, maka pada seorang lelaki cukup pantang bertanya soal rank Dota. Apalagi untuk komunitas khusus di SEA server. Servernya orang-orang dari negara dunia ketiga, yang penuh serapah via chat, tak peduli pada rekan setim ataupun lawan. Itu yang disebut Lamhot sebagai "mentalitas khas orang-orang yang selalu bawa-bawa emosi hidup pribadinya ke manapun". Haha.

Tapi seiring waktu menjadi Herald (rank terbawah) adalah sebuah kebahagiaan.

Mentalitas yang harus dibangun adalah mentalitas bertahan hidup, dibanding harus terus menerus bernafsu mencari kenaikan level dan kemenangan. Saat Anda berada di level terbobrok dalam strata halu khas manusia, Anda sudah tidak bisa turun lebih rendah dari itu. Ini seperti harga saham yang jatuh hingga ke Rp 50 selembar. Seperti menjadi orang termiskin di dunia khas Hamdan ATT, yang tidak mungkin bisa lebih miskin lagi. It just can't get any worse.

Dalam kehidupan pun sama. Tiap orang punya peran. Masih ingatkah kita dengan kutipan, "Sekolah hanya mengenang dua macam pelajar: yang terpintar dan ternakal". Ketika tidak ada ruang untuk juara pertama, masih ada peluang untuk menjadi yang paling barbar. Tidak mungkin tidak ada tempat sama sekali untuk siapapun. Selalu ada celah.

Sebagai bagian dari masyarakat yang standardnya absurd, kita tidak perlu peduli dengan omongan orang lain. Jalani role yang kita punya sekarang, tanpa perlu memandang orang di kedudukan yang "lebih tinggi". Tinggi atau rendah itu hanya perkara angka. Kata siapa, ketika orang jadi lebih kaya atau lebih terkenal, hidupnya akan lebih bahagia?

Menjadi Herald adalah sebuah pilihan, bukan karena keadaan. Hanya dengan cara demikian, kita bisa membangun cara pandang yang positif, dan tetap bisa menikmati permainan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me