Resiko Pekerjaan

Bismillah.

Kemarin modif tempat jemuran pakai besi galvanis supaya tidak mudah berkarat. Pada awalnya sempat kepikiran untuk mengerjakan sendiri, dengan semangat mencari tutorial dari YouTube dengan kata kunci "how to join metal without welding". Ternyata ujung-ujungnya harus beli alat-alat juga: bor listrik, gerinda, tang rivet, dll. Akibatnya, daripada ribut sama Markonah karena kelamaan mikir (dan rencana anggaran yang lebih sulit tembus dibandingkan RAPBN), ane berangkat cari bengkel las.

Di bengkel las, langsung dikerjakan dan selesai tak sampai 40 menit. Selama mengamati pengerjaan, sempat kepikiran banyak hal: 

  • Bengkel ini buka relatif awal, tak seperti banyak bengkel lainnya. Mungkin inilah makna dari keberkahan rizki di pagi hari.
  • Berseliweran kabel dan peralatan yang relatif "berbahaya". Gerinda masih jadi sebab utama kecelakaan kerja dibanding power tools lainnya. Belum lagi si Abang ini kalau ganti mata bor, nggak pake kunci lagi, tapi dipegang pake tangan. Ngilu lihatnya.
  • Bunga api di mana-mana, ditambah resiko meninggi karena perlengkapan keamanan yang khas negara dunia ketiga: sandal jepit dan kaos bonus caleg. Keselamatan kerja hanyalah slogan kalau mau lolos ISO, bukan kelas bengkel las pinggir kali seperti ini.
  • Dan terakhir, yang paling kepikiran, how much do they make annually? Sebanding kah dengan resikonya?
Lalu hati ini mulai bersedih. Terlalu sering mengeluh. Sering membandingkan dengan orang-orang yang parlente dan duitnya banyak, walau belum tentu berkah. Mikirnya kurang terus, lupa bersyukur dengan apa yang ada. Jarang berbagi, serba perhitungan. Kalau mau lihat ketimpangan sosial dan ketidaksempurnaan dunia, kita harus jujur dan melihat ke orang-orang yang nasibnya mungkin bisa dibilang tak semujur kita.

Jika dibalik, kita harus berjibaku di teriknya matahari, tangan kapalan, kulit yang telah mati rasa, menahan aroma besi yg terpanggang seharian, pedihnya percikan panas dari alat-alat yang bukan hanya bisa bikin jari kita putus tapi juga kehilangan nyawa, apakah kita kuat?

Ya Allah. Ampuni kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me