Ukuran kebahagiaan sedikit-banyak ditentukan dari bagaimana kita memandang dunia bekerja. Semakin positif, maka akan semakin hepi. Hepi Salma saja kalah hepi. Kata Daniel Gilbert, happiness itu juga ada yang sifatnya sintetis. Buatan. Artifisial. Contoh paling sering yaitu saat kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan.
Untuk latihan membaca anak, kami membeli beberapa buku bekas. Kualitasnya masih lumayan bagus. Terbaca. Beberapa judul bahkan sangat mahal harga aslinya. Kepikiran gini, ini 'kan buku impor. Pasti awalnya dibeli orang kaya buat anaknya. Dibaca sekali dua kali sebagai pengantar tidur. Tapi pada akhirnya disuruh buang karena makan tempat. Sama pembantunya ditimbang ke tukang loak keliling, dan pada akhirnya dijual online di Toped. Lalu terbeli oleh orang-orang macam kami: search "buku anak", filter "bekas", urutkan dari yang termurah, pas checkout pake promo cashback gocengan, kirim pake ekspedisi bebas ongkir.
Salah satu barang bekas yang kami beli adalah majalah Bobo. Ada yang edisi tahun 1994. Teringat waktu kecil, karena merengek minta Nintendo, Ibu "terpaksa" mengganti dengan berlangganan Bobo. It was a good deal. Nah, dari melihat foto dan gambar di Bobo, malah keinginan khas anak-anak semakin liar: tiket ke Ancol / Dunia Fantasi, sampai keinginan nonton sirkus atau pertunjukan sulap David Copperfield. Tentu saja tidak ada yang kesampaian. Mungkin saat itu, synthetic happiness, hal yang disebut Dan, terbentuk.
Saya tidak bilang hidup kami mewah. Tapi, saat ini kami merasa cukup. Cukup yang benar-benar cukup. Salah satu indikatornya mungkin PPK. Dengan cara pandang seperti itu, kita tentu bisa berpendapat, ada jauh lebih banyak orang yang hidupnya lebih sulit. Jadi kalau diperlakukan tidak baik oleh orang, why should we care? Probably, life hits them that hard. We have more than enough. So let them feel that little joy. Dengan memaki kita, mengklakson kita di jalan, memarah-marahi kita dengan alasan remeh. Apapun bentuknya.
Mungkin itulah salah satu bentuk pelampiasan karena mereka merasa "tidak cukup". Mungkin, ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace