Berani Malu

Bismillah.

Ketakutan terbesar manusia menurut Youper, salah satunya adalah social anxiety. Ada sekitar 12% warga US menderita ini. Takut berinteraksi sosial, berbicara dengan orang, presentasi di depan publik, dan hal semacamnya. Selain itu, ada juga ketakutan lain seperti takut ketinggian, ular, atau gelap.

Beberapa hari lalu ikut gathering. Agendanya macam-macam. Mulai dari naik mobil off-road dan menempuh jalan yang memang didesain tak butuh Kementerian PUPR untuk diperbaiki. Hingga permainan kerjasama tim yang seru.

Berani malu adalah sebuah paradigma yang bagus, jika dikaitkan dengan hal-hal positif. Mulai dari berjoged, bersemangat buat yel-yel, sampai berorasi. Berani malu, membuat kita akan selalu berpikir bahwa kemungkinan terburuk dari "tampil"-nya kita di depan umum, adalah dikata-katain orang. Dan, percaya atau tidak, selalu saja ada yang ngata-ngatain kita, terlepas kita ini tampil atau tidak. Jadi, apa bedanya?

Dalam sebuah podcast Insinyur Online, ada sebuah analogi yang cukup bagus.

Anda tahu Nazril Ilham Sutejo? Atau mungkin lebih familiar dengan nama "Ariel Peterpan"? Ia telah menjalani kehidupan yang memalukan dan memilukan. Aibnya terbuka. Video asusilanya tersebar, bahkan mungkin akan abadi tersimpan di internet. Ia masuk penjara 3 tahun 6 bulan. Denda Rp250 juta. Nama grup musiknya akhirnya harus berganti nama.

Lihat sekarang. Ia kembali berkarir di dunia hiburan. Orang-orang seakan "lupa". Lebih tepatnya, tidak peduli. Ariel adalah contoh ekstrim kalau kita mau lihat kasus malu yang parah: kemaluan Anda bisa dilihat seluruh dunia, berulang-ulang.

"The faster you realize that no one cares, the faster you grow" - Iqbal Farabi

Mulai sekarang, ajukan pertanyaan bodoh. Bergoyanglah di pesta. Ajak seseorang. Perkenalkan diri. Buat buku yang tak laku. Selama tidak bugil di depan kamera, harusnya semua akan baik-baik saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me