Bismillah.
Menurut saya, Parasite adalah film yang menggambarkan disparitas kelas sosial. Jurang pemisah antara orang tajir melintir dengan orang papa yang terlalu dalam, membuat di dunia ini harus ada disrupsi (kalau tak mau disebut revolusi). Di kehidupan nyata, hal ini sering terjadi. Ironisnya, dalam waktu dan tempat yang berdekatan, hanya saja beda dimensi.
Tamu dengan menu jutaan rupiah per piring, yang nama masakannya saja susah disebut, versus server yang penghasilannya pas-pasan sehingga harus masak mi instan sendiri. Bos perusahaan ternama, dengan driver-nya yang harus moonlighting di akhir pekan. Eksekutif muda di dalam taksi yang berhenti di lampu merah, sedang di sampingnya ada seorang anak putus sekolah yang mengiba, mereka berdua hanya terpisah sebuah pintu. Gedung apartemen berkolam renang, dengan kampung di sekitarnya yang sedang kebanjiran.
Keadilan sosial tidak berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, tapi sekadar untuk yang punya koneksi orang dalam. Kalau hal ini dibiarkan terus, maka akan ada pergolakan. Ya mirip seperti di film itu.
Meminjam istilahnya Seno Gumira Ajidarma, siapa yang tahu, di udara yang kita hirup, bercampur aroma air kencing supir taksi yang turut menguap dan turun menjadi air hujan. Ha!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak now or forever hold your peace