Creating Content without Pressure

Bismillah.

Semakin banyak hal yang jadi kepikiran. Tapi seringnya susah cari partner diskusi. Sejauh ini cuma ada beberapa jenis media buat "pelampiasan".

Twitter 

Cocok buat pemikiran selintas. Karena nggak mesti nulis panjang. Diprivasi pula. Followers cuma cepek. Sesekali dipake buat menyimpan kenangan sama anak dan percakapan absurd bersama istri.

Blog

Dipakai buat belajar nulis bahasa inggris, atau menyampaikan sesuatu yang butuh nulis panjangan dikit. Masih butuh waktu. Repot. Tapi enaknya, bisa diedit. Banyak sekali draft yang nggak kelar. Oh, sama latihan belajar nulis agak "resmi" dikit.

Facebook

Ini sih buat pencitraan sama jualan doang. Nggak lebih. Di sini "circle"-nya aneh. Boleh dibilang, agak ill-educated. Gak ada ekspektasi apa-apa.

YouTube

Nah, ini yg menarik. Karena ngomong itu lebih cepet daripada ngetik. Bedanya, ngomong susah diedit. Kalau lihat YouTube channel orang-orang atau mungkin lebih tepatnya podcast yak, itu banyak juga yang formatnya santai. Rekam, edit dikit, upload. Nggak banyak mikir. Gak beban.

Gak bikin studio ngejreng. Mikrofon cardioid seadanya. Kamera pake hape. Editing minimalis, pake OBS + filter noise buat nyaring suara fan laptop yang kenceng plus mungkin Handbrake buat kompresi. Ya okelah sebentar-bentar ada suara motor knalpot racing lewat, atau mamang siomay jualan.

Tapi intinya format ini menarik buat dicoba. Berasa ada yang diajakin ngobrol. Apalagi kalau mimpi bikin 1000 konten. Sehari sekali aja masih butuh 3 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me