Markonah dan Bob

Bismillah.

Dalam banyak karya sastra Seno Gumira Ajidarma, ia menyematkan nama “Sukab” sebagai nama tokoh. Tak selalu menjadi yg utama, malah sering kali hanya sekadar lewat tanpa sempat menjadi karakter. Alasan utama ia memilih nama itu sebetulnya subjektif sekali. "Sukab" terdengar sangat mewakili sosok "rakyat" dan selalu jadi pilihan nama tokoh bila ia (seringnya) malas mengarang.

Nama panggilan saya ketika kuliah adalah "Bo". Pengucapannya persis seperti tokoh Bo dalam Crayon Shincan, dengan huruf B yang tebal dan pelafalan O seperti dalam "donat" atau "boleh". Inisiasinya dari si Ame', teman kuliah yg menganggap nama panggilan "Bowo" terlalu mainstream dan terdengar terlalu "Jawa" untuk orang berkulit pucat dan sipit. Nah, nama "Ame" sendiri aslinya adalah Akhmad Yuliansyah. "Ame" terdengar lebih branded bin parlente.

Balik lagi soal pemberian nama Markonah dan Bob, tokoh utama kita.

Nama "Markonah" saya berikan ke istri karena terdengar lebih lucu dan (mohon maaf) ndeso. Markonah ingin saya gambarkan sebagai wanita yg sebenarnya berpendidikan tinggi, pintar berdebat dan menganalisa, tapi karena namanya (yang sudah susah diedit sejak lahir) yang ndeso, maka akan menjadi bulan-bulanan ketika terlibat dialog absurd dengan suaminya. Biasanya akan diabadikan dalam cuitan singkat.

Markonah: Bob, rumah tipe 36 itu ukurannya berapa, sih?
Bob: ini Markonah beneran ga ngerti ya kenapa dinamakan tipe 36?

Kalau nama Bob, itu Markonah spontan karena melihat suaminya pakai topi dan kacamata hitam, lengkap dengan kemeja biru norak, mau benerin pipa rumah. Ia terbayang sosok Om-om mesum yang pipinya sudah tebal karena usia, dengan senyum dan tatapan mengerling kayak di meme-meme. Lengkap sudah. Markonah dan Bob.

Kalau kata Stwn, jangan-jangan Markonah sebenarnya adalah Alice yang terjebak di Wonderland?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

speak now or forever hold your peace

About Me