Foto Keluarga

Bismillah.

Lebaran kali ini sedikit berbeda. Alhamdulillah seluruh saudara dari keluarga istri bisa pulang sehingga Markonah menginisiasi rencana untuk berfoto bersama di studio foto. Tapi, tentu saja, banyak orang berpikiran serupa. Mumpung pakai baju bagus dan sudah disenadakan. Dan, karena studio foto yang buka di hari pertama idul fitri bisa dihitung dengan sebelah tangan, walhasil kami harus antri lebih dari 2 jam. Itu belum termasuk memilih foto terbaik dari sekian kali pengambilan gambar.

Photo by Andrea G

Sebetulnya saya termasuk yang menolak narasi "harus punya foto keluarga". Apalagi untuk sekadar dipajang di ruang tamu yang tamunya pun jarang-jarang ada. Kalau sekadar dilihat pribadi, menurut saya foto sendiri saja jangan sampai ke studio foto. Namun ide ini tentu ditolak mentah-mentah Markonah yang sudah terlanjur termakan scam abang-abang Nikon.

Yah, tulisan ini memang sesinis tulisan tentang wisuda lalu. Haha.

Enam Belas Tahun Lalu

Bismillah.

Alhamdulillah mudik lebaran kali ini sedikit lebih awal. Karena kebutuhan yang dikatakan mendesak, saya membeli peripheral komputer di kota. Cukup jauh dari rumah orang tua kami. Teringat sebuah toko komputer yang saya kunjungi di 2009. Tempatnya kecil. Sangat tidak terkenal saat itu. Tapi karena rekomendasi dari seorang sahabat, saya datangi juga. Kita sebut saja nama pemiliknya Bang Tono.

A photo by Zhouxing Lu

Walau terlihat tidak meyakinkan dari luar, tapi pelayanan dari Bang Tono sangat baik. Ketika itu, saya membayangkan apakah suatu saat saya akan memiliki usaha sendiri dengan penampilan seperti kokoh-kokoh. Kalung dari rantai emas. Kursi direktur yang besar dan empuk. Lengkap dengan tato yang terlihat jelas di lengan yang besar karena hanya pakai kaus singlet. Lengkap dengan kipas angin tanpa cangkang yang berputar ala kadarnya. Sesekali kepulan asap rokok mengurai, membuat pekat ruangan yang sudah sempit sedari awal.

Terbukti, kisaran 2011, beliau ini pindah ke sebuah ruko yang besar. Jauh lebih baik. Masih di kawasan elit yang sama. Kerja keras yang berbuah manis, jika melihat bagaimana sebelumnya tokonya bisa dibilang lebih mirip warung kopi tanpa pengunjung dengan gantungan kacang koreng plastikan yang sudah berdebu.

Kisaran 300 meter menuju rumah, karena hujan, motor saya tepikan di sebuah ruko yang tertutup. Terlihat sepi dan tak berpenghuni. Tak lama kemudian, seorang anak perempuan keluar dan menuju mobil (jemputan). Oh, sepertinya ruko ini difungsikan sebagai rumah. Langit masih meneteskan air walau tak lebat. Tak lama, hujan berhenti. Dua buah motor mendekat dan bersiap masuk ke ruko ini. Hlo, ternyata Bang Tono dan istrinya. Berarti ini rumahnya, karena dia bilang kalau Minggu tokonya tutup jam 3.

"Belum pulang?" tanya Bang Tono sambil tersenyum.
"Menunggu hujan, Bang," jawab saya. "Ini rumah Abang, kah?"
"Iya. You tinggal mana?"
Saya menjawab nama kabupaten tempat orang tua tinggal.
"Hah, tunggu jak, mana tau di sana lebih deras," sarannya sambil masuk ke dalam rumah.

Enam belas tahun lalu. Siapa sangka nasib orang akan berubah sedemikian. Kini punya 2 ruko, di daerah yang menurut saya prestisius sebagai tempat usaha. Kita memang tidak bisa melihat masa depan orang dari keadaan saat ini. Semua serba ajaib, rahasia, takdir dari Tuhan. Tidak perlu berputus asa.

Dimurnikan

Bismillah.

Selayaknya air laut yang bergaram, menguap ditempa panas lalu muncul kembali sebagai titik-titik hujan yang jernih. Seperti emas yang didulang dari sungai yang berlumpur, yang lalu dibuat menjadi kepingan indah. Seperti daun eukaliptus yang direbus berjam-jam, untuk mendapatkan minyak yang menyembuhkan. Nabi Yunus butuh ditelan ikan, jauh di bawah laut, dalam gulita malam, sedemikian untuk membuat emosinya reda dan kembali ke kaumnya dalam keadaan lega.

anna atkins rain
A photo by Anna Atkins on Unsplash

Setiap jiwa kita kotor dan bercampur. Aslinya, kita suci sejak lahir. Tapi seiring waktu, dunia mengubah kita. Menjadi insan yang rakus dan penuh ambisi. Rela mengotori tangan dengan darah saudara sendiri, demi obsesi yang tak seberapa. Melupakan hal-hal baik yang diajarkan oleh Yang Maha Menciptakan. Maka itu, kita butuh untuk dimurnikan. Caranya bisa macam-macam. Ada yang sekadar dimandikan. Tapi sebagian besar boleh jadi dengan cara yg sakit, tidak enak, demi penebusan dosa. Purifikasi. Menjadi bersih kembali.

Mimpi Kembali ke Sekolah

Bismillah.

Mungkin kita sering bermimpi kembali ke masa sekolah. "Mimpi" dalam arti sebenarnya. Alias bunga tidur. Bukan "harapan", "angan-angan", atau "sesuatu yang dicita-citakan". Tiba-tiba besok ujian. Atau lupa mengerjakan pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan segera. Mimpi berada di ruang kelas kembali. Disoraki teman-teman. Dimarahi guru. Dihukum atau dipermalukan.


Photo by Adhitya Ginanjar from Unsplash

Dan ketika bangun, kita tersadar kita sudah berada jauh dari masa itu. Masa-masa yang mungkin tidak ingin kita kenang. Merasa dikejar-kejar. Tidak bebas. Terkekang. Apakah masa itu sedemikian menekan kita, sampai-sampai kita berkali-kali mimpi kembali ke sekolah?

Mengurusi hal-hal yang jadi esensi bagi masa depan mungkin berat bagi Kemdigdud Konoha. Maklum saja karena anggarannya paling besar. Rawan dikutip sana-sini. Sistem yang tambal sulam. Harus menyertakan vendor yang masih ada hubungan keluarga dalam proyek. Titipan pejabat. Pesanan orang penting. Terlalu banyak interest.

Mari kita sama-sama doakan semoga Tuhan masih Mengiringi perjalanan pendidikan kita. Menghasilkan pelajar tanpa tekanan batin, yang yakin suatu saat masa depan mereka akan terjamin cerah.

2025

Bismillah.

Tahun 2024 hampir berakhir. Yang saya baru sadari, blog ini jarang ditulisin lagi. Semua tulisan menjelma menjadi bentuk lain aktualisasi diri: konten video di kanal YouTube pribadi. Betapa banyak video itu yang sebetulnya manifestasi dari buah pikiran yang selama ini dicurahkan dalam bentuk tulisan. Berpindah bentuk menjadi obrolan random jam 4 pagi. Jadi media lisan. Visual. Yang walaupun punya wujud berbeda, tapi esensinya ya curhat-curhat juga.

Photo by K Munggaran from Unsplash

Alhamdulillah tahun ini banyak mendapat kemudahan. Salah satu yang berkesan soal perjalanan panjang satu bulan setengah yang niscaya akan tetap terus terkenang. Seperti langit yang tak bertiang, lautan dalam yang tak terjamah cahaya mentari, banyak sekali kuasa Tuhan yang sifatnya black box. Entah bagaimana cara kerjanya kita tak tahu. Yang bisa kita lakukan sejauh ini, menuruti kehendak-Nya dan mengikuti alur rute yang sudah digariskan.

Oh ya, sejak 2019, lebih tepatnya sejak tidak dikejar-kejar orang bank dalam rangka cicilan rumah, entah mengapa walaupun sama-sama gak punya duit, perasaan jadi jauh lebih tenang. Ketenangan itu walau kelihatannya sederhana sekali, tapi efeknya luar biasa. Memang benar bahwa kita diajarkan sebuah doa yang menjauhkan kita dari segala bentuk hutang. Hutang ya bukan kutang.

Akhir atau awal tahun sebetulnya bukan sebuah momen yang kami rayakan, tapi lebih ke titik evaluasi atawa checkpoint semata. Apa yang sudah disyukuri tercapai? Apa yang masih salah? Bagaimana meraih yang belum? Yang semua jawaban itu berujung pada (semoga) diri dan kehidupan yang lebih baik. Aamiin.

Sebuah Headset

Bismillah.

Tahun 2022 silam, saya kebetulan sekamar dengan teman sepabrik di sebuah kegiatan. Mas Ananta Bintang namanya. Diperhatikan, beliau membawa sebuah headset merek Sony. Penasaran, saya pinjam dan mulai memasangkan di telinga.

Image generated incorrectly using Dall-E
Boom!

Entah bagaimana menggambarkan perasaan ketika itu. Seperti cakra mahkota yang dibuka lalu melesat ke dunia astral. Seperti seorang buta warna yang diberi kacamata Enchroma. Seperti seseorang yang selama ini disadarkan setelah bertahun-tahun jadi pemuja pemimpin yang zalim.

Suara yang keluar dari headset tersebut seolah membuka tabir bahwa di dunia ini ada kualitas suara yang jauh lebih baik dari headset bonusan hape 2 jutaan. Saya tanya harga belinya ke beliau.

"Murah Mas, saya beli second 2,5 juta."

Glek. Bekas aja 2,5 juta. Saya iseng cari harga item tersebut kalau baru. Lumayan, sekitar 4 juta lebih. Di dalam hati, saya berpikir. Apa suatu saat saya akan bisa punya barang seperti ini? Kalaupun punya duit, bisakah saya diizinkan Markonah?

Tapi takdir berkata lain. Hari ini cakra mahkota tersebut kembali terbuka, karena saya akhirnya beli juga barang tersebut, walaupun bekas. Barang yang sama yang saya khayalkan sejak pulang dari hotel tempat kami menginap.

Racun emang hahaha.

The Art of Taking a Break

Bismillah.

Annie Duke menunda disertasinya, menjadi pemain poker, menjuarai kompetisi kelas dunia, menjadi terkenal dan meraup kekayaan USD 4 juta selama karirnya bermain judi. Dia lalu kembali menyelesaikan program doktornya dan akhirnya menulis buku. Alasan "ingin istirahat sebentar" terkadang menipu. Berlarut dalam istirahat yang kepanjangan, pada akhirnya kita melupakan alasan kita beristirahat: agar tetap produktif saat kembali ke jalur utama, dan tetap waras.

Image dari Eirik Skarstein

Cuti akademik di semester lalu adalah sebuah hutang yang suatu saat harus dibayar. Nah, susahnya, hutang itu harus dibayar segera. Kalau tidak mau menyisakan kesulitan yang lebih besar di kemudian hari. Agak sedih (dan menurunkan kekuatan mental) kalau melihat teman-teman sudah pada wisuda dan mempersiapkan publikasi. Tapi ya sudahlah. Dari Markonah saya juga belajar beberapa hal memang harus dipaksakan, terutama kuliah sambil bekerja dan mengurus keluarga.

Saya punya waktu 2 semester lagi. Semoga mendapat kemudahan.
About Me